Gejolak Ekonomi Akan Menahan Laju Pertumbuhan Kredit
Pertumbuhan kredit sejumlah bank bermodal besar pada triwulan III-2018 terjaga di kisaran dua digit. Namun, perbankan pesimistis melihat kondisi ekonomi makro yang akan menahan laju penyaluran kredit pada sisa tahun ini.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan penyaluran kredit sejumlah bank bermodal besar pada triwulan III-2019 masih terjaga di kisaran dua digit. Namun, perbankan pesimistis melihat kondisi ekonomi makro yang akan menahan laju penyaluran kredit pada sisa akhir 2019.
PT Bank Mandiri (Perseo) Tbk mencatat penyaluran kredit konsolidasi pada triwulan III-2019 sebesar Rp 806,8 triliun. Penyaluran kredit ini tumbuh 11,5 persen dibandingkan periode sama 2018.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit diiringi dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional. Kualitas penyaluran kredit menopang pertumbuhan laba bersih perseroan sebesar 11,9 persen dibanding triwulan III-2018, sebesar Rp 20,3 triliun.
Walau masih tumbuh dua digit, pertumbuhan penyaluran kredit tahunan hingga September 2019 melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan penyaluran kredit pada triwulan III-2018 yang mencapai 13,8 persen.
"Terjadi dinamika pada ekonomi makro yang membuat nasabah pun menyesuaikan risiko dalam menarik pembiayaan," ujar Panji dalam paparan kinerja Bank Mandiri triwulan III-2019 di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Terjadi dinamika pada ekonomi makro yang membuat nasabah pun menyesuaikan risiko dalam menarik pembiayaan.
Perlambatan ekonomi global dan domestik membuat Mandiri bersikap konservatif dengan menargetkan pertumbuhan kredit pada akhir 2019 di kisaran 8 persen-9 persen, menurun dari target yang dicanangkan pada awal tahun sebesar 13 persen.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia menggambarkan dunia memasuki fase genting. Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China sebagai pemicu utama. Bahkan, perselisihan itu tidak hanya menyangkut AS-China, tetapi juga meluas di antara banyak negara.
Perselisihan itu memicu munculnya masalah-masalah kritis lain. Keretakan dunia saat ini dapat menyebabkan perubahan yang berlangsung satu generasi, memutus rantai pasokan, dan membungkam sektor perdagangan.
Hal itu berdampak pada perlambatan ekonomi domestik negara-negara, terutama negara-negara berkembang. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,5 persen.
Proyeksi itu lebih rendah dari proyeksi April lalu yang sebesar 3,3 pada 2019 dan 3,6 pada 2020. Khusus Indonesia, pertumbuhan ekonominya diperkirakan 5,2 persen pada 2019 dan 2020.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menambahkan, penerbitan surat utang global yang dilakukan salah satu nasabah Mandiri pada segmen korporasi juga cukup memengaruhi perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit perusahaan.
Kendati begitu, di tengah perlambatan ekonomi domestik, Mandiri akan berorientasi terhadap kualitas penyaluran kredit. Pernyataan ini terefleksi pada rasio kredit macet (NPL) perusahaan pada triwulan III-2019 yang sebesar 1,6 persen.
"Di tengah dinamika ekonomi makro, kami tidak hanya mendorong penyaluran kredit dari sisi volume, namun juga dari sisi kualitas," kata Siddik.
Adapun Bank BUKU IV lainnya yakni PT Bank Central Asia Tbk, hingga triwulan III-2019 telah menyalurkan kredit sebesar Rp 585 trilun, tumbuh 10,9 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2018 pertumbuhan tahunan portofolio kredit BCA tercatat sebesar 17,3 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menilai industri perbankan tengah menghadapi tantangan pelemahan ekonomi global yang juga berdampak pada kondisi ekonomi makro domestik. Kondisi ini membuat BCA fokus menjaga posisi likuiditas serta kualitas kredit untuk menopang kinerja bisnis secara berkelanjutan.
"BCA bersikap terbuka terhadap perubahan dan beradaptasi sesuai perubahan perilaku nasabah agar tetap relevan di tengah perkembangan industri keuangan yang dinamis,” ujar Jahja dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.
Industri perbankan tengah menghadapi tantangan pelemahan ekonomi global yang juga berdampak pada kondisi ekonomi makro domestik.
Pertumbuhan penyaluran kredit BCA yang masih mencapai dua digit, sejalan dengan capaian laba bersih pada triwulan III-2019 sebesar Rp 20,9 triliun. Posisi ini tumbuh 13 persen dibanding posisi laba bersih pada triwulan III-2018.
Sementara itu, Presiden Direktur Bank OCBC NISP Tbk, Parwati Surjaudaja, melalui keterangan resmi menyampaikan hingga September 2019 perusahaan telah menyalurkan kredit dengan nilai total sebesar Rp 120 triliun.
Perusahaan berkomitmen untuk mengedepankan prinsip kehati-hatian menyalurkan kredit, tercermin dari rasio volume kredit yang disalurkan dengan jumlah penerimaan dana (Loan to Deposit/LDR) sebesar 90,6 persen.