Legislatif DKI Pangkas Anggaran Pembangunan Wisma di Taman Ismail Marzuki
Polemik publik mengenai revitalisasi pusat kesenian Taman Ismail Marzuki merembet ke forum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Badan Anggaran DPRD DKI memangkas pengajuan penyertaan modal PT Jakarta Propertindo.
Oleh
STEFANUS ATO/NIKOLAUS HARBOWO/Aguido adri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta memangkas anggaran penyertaan modal PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dari Rp 3,2 triliun menjadi tinggal Rp 2,7 triliun. Pemangkasan ini bisa berimbas pada rencana pembangunan wisma pada proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki.
Jakpro merupakan badan usaha milik daerah yang melaksanakan proyek revitalisasi TIM. Pemangkasan anggaran terjadi setelah perdebatan alot saat rapat badan anggaran di DPRD DKI. Perdebatan ini merupakan kelanjutan dari protes sebagian seniman yang merasa tidak dilibatkan dalam revitalisasi TIM.
"Tidak ada hotel (wisma), kami tidak kasih. Kami sudah potong Rp 400 miliar. Jadi yang kami kasih untuk revitalisasi TIM itu hanya Rp 200 miliar," kata Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, pada Kamis (28/11/2019) di Jakarta.
Prasetio menambahkan, revitalisasi TIM bertujuan menata kawasan itu menjadi lebih baik agar para seniman nyaman berkarya. Mereka menolak kawasan TIM dibangun semacam hotel dengan tujuan komersialisasi lantaran di dekat TIM sudah terdapat banyak penginapan.
Wisma di TIM itu semula didesain untuk tempat tinggal para seniman yang berkegiatan di sana. Di wisma itu akan dilengkapi dengan observatorium baru menggantikan observatorium lama. Sementara di lobi wisma didesain menjadi ruang pameran para seniman.
Merespons hal itu, Direktur Utama Jakpro Dwi Wahyu Daryoto memastikan revitalisasi tetap dijalankan dengan sejumlah revisi termasuk membatalkan pembangunan wisma di TIM. Jakpro juga akan terus menjalin komunikasi dan meminta masukan dari berbagai pihak agar revitalisasi TIM dilakukan sesuai keinginan bersama. "Revitalisasi tetap berjalan. Tetapi ada sejumlah revisi sesuai masukan para pemangku kepentingan," kata Wahyu.
TIM mulai direvitalisasi sejak awal Juli 2019 dan ditargetkan rampung akhir 2021. Revitalisasi ini menghabiskan dana sebesar Rp 1,8 triliun dengan menggunakan konsep dari arsitek Andra Matin yang memenangkan sayembara konsep desain revitalisasi TIM pada tahun 2017.
Revitalisasi itu bertujuan mendukung kerja kreatif seniman dan menjadikan TIM sebagai pusat kesenian bertaraf internasional. Muaranya adalah seniman dapat melahirkan konten kesenian berkelas dunia.
Revitalisasi ini mendapat penolakan dari sebagian pelaku seniman lantaran rencana pembangunan hotel dengan tujuan komersialisasi dinilai akan menghilangkan marwah TIM. Pembangunan hotel itu menurut Jakpro itu dimaksudkan agar TIM mandiri dari segi pembiayaan.
Sebelumnya, budayawan Radhar Panca Dahana meminta pemerintah tidak memaksakan kehendak dan kepentingannya atas kerja kebudayaan hanya semata-mata untuk kepentingan politik dan finansial. Kerja kebudayaan jangan dianggap sebagai cost (biaya), tetapi harus dilihat sebagai investasi immaterial. Investasi imaterial yang dimaksud itu, yakni membangun manusia yang berintegritas, antikorup, dan toleran.
"Kerja kebudayaan baru akan dipetik hasilnya puluhan tahun, karena membangun manusia yang berintegritas tidak bisa dilihat hari ini. Kebudayaan merupakan bangunan peradaban, bukan bangunan gedung" katanya, Minggu (24/11/2019).
Pelaksana tugas Ketua Dewan Kesenian Jakarta Danton Sihombing menambahkan, keberadaan hotel di TIM hanya akan membangun gap antara mereka yang elitis dan masyarakat biasa. Padahal, kerja kebudayaan bertujuan menghilangkan perbedaan-perbedaan itu.