Fase Pertama Selesai, Ekspor AS ke China Naik Dua Kali Lipat
Perjanjian perdagangan untuk fase pertama antara AS dan China akhirnya selesai. Sejauh ini, kedua negara sepakat agar ekspor AS ke China akan bertambah hingga hampir dua kali lipat selama dua tahun ke depan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Perjanjian perdagangan untuk fase pertama antara Amerika Serikat dan China akhirnya selesai. Sejauh ini, kedua negara sepakat agar ekspor Amerika Serikat ke China akan bertambah hingga hampir dua kali lipat selama dua tahun ke depan.
Kepala Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) Robert Lighthizer dalam wawancara Face the Nation di sebuah program televisi CBS, Minggu (15/12/2019), mengatakan, meskipun naskah perjanjian masih memerlukan penerjemahan dan sejumlah revisi, pembahasaan fase pertama telah selesai.
”Penetapan tanggal bagi pejabat senior AS dan China untuk secara resmi menandatangani perjanjian itu masih ditentukan. Pembelian barang pertanian China diperkirakan akan meningkat menjadi 40 miliar hingga 50 miliar dollar AS per tahun selama dua tahun ke depan,” kata Lighthizer.
Adapun AS mengekspor produk pertanian ke China sekitar 24 miliar dollar AS pada 2017. Kedua negara kemudian memulai perang tarif atas komoditas setiap negara pada Juli 2018.
Selesainya pembahasan fase pertama negosiasi antara kedua negara diumumkan pada Jumat (13/12/2019). Kesepakatan yang diperoleh adalah China akan meningkatkan pembelian produk pertanian, manufaktur, dan energi hingga 200 miliar dollar AS selama dua tahun ke depan.
Beijing juga akan memperbaiki perlindungan hak kekayaan intelektual produk dari AS, membatasi transfer teknologi AS ke perusahaan China, membuka pasar jasa keuangan, dan menghindari manipulasi nilai tukar uang.
Sebagai gantinya, AS akan mengurangi sejumlah tarif impor atas produk-produk China. Washington setuju untuk memangkas setengah tarif impor menjadi 7,5 persen pada produk-produk China senilai 120 miliar dollar AS, seperti headphone bluetooth, televisi layar datar, dan pengeras suara pintar.
”Pada akhirnya, keberhasilan semua perjanjian ini akan ditentukan oleh pembuat keputusan di China, bukan di AS. Jika para garis keras membuat keputusan, kami akan mendapatkan satu hasil. Jika para reformis membuat keputusan, sesuai yang kami harapkan, kami akan mendapatkan hasil lainnya,” ujar Lighthizer.
Saham Asia naik pada Senin (16/120291), seperti indeks MSCI Asia Pasifik mencapai level tertinggi hampir dalam delapan bulan terakhir. Pihak investor masih berhati-hati, meskipun perjanjian fase pertama itu berhasil menunda ancaman kenaikan tarif impor atas produk China senilai 160 miliar dollar AS yang akan berlaku pada pekan ini.
Tetap waspada
Sejumlah pejabat China yang terlibat dalam negosiasi menyampaikan, beberapa susunan kata dalam perjanjian tersebut masih menjadi hambatan kecil dalam negosiasi. Oleh karena itu, kedua pihak perlu berhati-hati dalam menggunakan sejumlah istilah dalam teks agar tidak kembali memicu ketegangan dan memperdalam perbedaan.
”(Kesepakatan ini) adalah pencapaian bertahap dan ini tidak berarti bahwa sengketa perdagangan telah selesai. Penandatanganan dan implementasi perjanjian tersebut tetap menjadi prioritas utama untuk menjamin kesuksesan negosiasi,” ujar seorang pejabat secara anonim.
Pengajar hubungan internasional di Renmin University, Shi Yinhong mengatakan, China menghadapi tekanan besar untuk memenuhi ketentuan dalam perjanjian fase pertama tersebut. Apalagi, ada kemungkinan Presiden AS Donald Trump menekan Beijing untuk membeli lebih banyak produk manufaktur dan energi AS pada tahapan berikutnya.
”Lihatlah Trump dan Lighthizer, mereka sangat bahagia. Namun, Pemerintah China hanya melaporkan fakta, kami tidak bersorak,” tutur Shi, yang juga adalah penasihat kabinet Beijing. (REUTERS)