Jumlah Ular yang Ditangkap di Jakarta Dua Kali Lipat daripada Tahun Lalu
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewaspadai maraknya kemunculan ular serta hewan berbahaya lainnya selama beberapa pekan terakhir. Sebanyak 216 ular ditangkap sejak Januari hingga 16 Desember 2019 di Jakarta.
Oleh
Aditya Diveranta/Aguido Adri/Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewaspadai maraknya kemunculan ular dan hewan berbahaya lainnya selama beberapa pekan terakhir. Hal tersebut karena jumlah ular yang ditangkap hingga Desember 2019 melebihi jumlah penangkapan tahun lalu.
Data penangkapan ular yang dikirim Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) DKI Jakarta, Selasa (17/12/2019), mencatat 216 ular ditangkap sejak Januari hingga 16 Desember 2019. Jumlah penangkapan tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 105 ular.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas PKP DKI Jakarta Subejo membenarkan adanya kenaikan jumlah ular yang ditangkap belakangan ini. Adapun Desember ini merupakan jumlah penangkapan paling banyak, yakni sekitar 32 ular.
”Mungkin pengaruh karena awal musim hujan. Kami mewaspadai kecenderungan ini karena di wilayah lain pun sudah banyak ditemukan fenomena serupa,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Kawasan yang diwaspadai adalah wilayah Jakarta Timur. Di wilayah tersebut, jumlah penangkapan ular mencapai 70 ekor, diikuti dengan Jakarta Selatan yang kini mencapai 63 ekor.
Terkait hal tersebut, Kepala Seksi Operasional Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur Gatot Sulaiman mengatakan, banyaknya jumlah penangkapan di Jakarta Timur belakangan terjadi di kawasan Cakung. ”Penangkapan ular di sana berdasarkan laporan warga yang tinggal di dekat sungai dan rawa-rawa. Baru sekitar dua bulan ini laporan dari warga mencapai puluhan,” ujar Gatot.
Subejo menegaskan, unit penyelamatan telah maksimal merespons warga terkait laporan adanya ular dan tawon ndas. Ia mengimbau agar warga segera menghubungi layanan panggilan 112 jika menemukan hewan berbahaya, seperti ular.
Kasus ular yang memasuki permukiman hingga Selasa masih terus terjadi. Tadi sore, sejumlah ular ditemukan di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Senin (16/12/2019) malam, ular juga ditemukan di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Sejumlah warga, seperti Ruli (50), di Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengaku gelisah karena kemunculan ular seperti saat ini. Ia khawatir ular masuk saat dia dan keluarga sedang tidur di rumah.
Sebelumnya, peneliti reptil dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menjelaskan, ada dua faktor yang memengaruhi fenomena maraknya ular saat ini. Hal tersebut berkaitan dengan kawasan permukiman yang dulunya merupakan habitat ular dan sistem rantai makanan yang diduga kini tidak bekerja pada ular.
Sebagian lokasi permukiman diduga dulunya sebagai kawasan yang dekat dengan habitat ular. ”Kawasan rawa-rawa atau persawahan adalah habitat alami ular. Saat dibangun permukiman, mereka mungkin sedikit bergeser dari habitat, tetapi kemudian menyesuaikan diri dan tetap berada di sana,” ucap Amir.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi menyatakan, belum ada korban gigitan ular di Jakarta saat ini. Meski begitu, ia menekankan agar warga tetap waspada dengan fenomena alam yang terjadi kini.
Lies menjelaskan, di Jakarta, serum antibisa ular tersedia di 14 rumah sakit, tetapi belum ada di puskesmas. Jumlah persediaan serum itu pun terbatas karena kurangnya sumber daya di Indonesia.
Pakar gigitan ular dan toksikologi, Tri Maharani, menjelaskan, jumlah serum antibisa ular tidak cukup banyak tersedia di Indonesia. Warga yang terkena gigitan ular sebaiknya menjalani teknik imobilisasi sebagai pertolongan pertama. Teknik ini dilakukan dengan mengikat bagian tubuh yang terkena gigitan dengan bidai, kayu, atau benda kaku lainnya agar pergerakan otot di sekitar luka gigitan berkurang.
Lies menambahkan, korban gigitan kemudian harus segera dibawa ke rumah sakit. ”Selebihnya, serahkan penanganan kepada rumah sakit. Hal yang penting selama imobilisasi, luka gigitan itu jangan banyak digerakkan,” katanya.