1.872 Rumah Porak-poranda Diterjang Angin Kencang di Sulsel
Hingga Senin (6/1/2020) malam, tercatat setidaknya 1.872 rumah porak-poranda akibat diterjang angin kencang di sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Hingga Senin (6/1/2020) malam, tercatat setidaknya 1.872 rumah porak-poranda akibat diterjang angin kencang di sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Saat ini, bantuan mulai disalurkan kepada warga terdampak bencana tersebut.
Angin kencang menerjang hampir bersamaan di sejumlah kabupaten pada Minggu (5/1/2020) sore hingga malam. Angin kencang itu disertai hujan deras. Akibat listrik yang padam serta angin dan hujan yang tak reda hingga malam, pendataan dampak bencana itu sebagian baru dapat dilakukan pada Senin.
Daerah-daerah ini terletak di wilayah tengah Sulawesi Selatan dan saling berbatasan satu sama lain.
Hingga Senin malam, data yang dihimpun dari sejumlah daerah itu menunjukkan, kerusakan rumah terbanyak dialami Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), yakni 715 rumah. Setelah itu, Kota Parepare (526 rumah), Kabupaten Wajo (181), dan Kabupaten Pinrang (178).
Selain itu, angin kencang juga merusak 106 rumah di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Barru (102 rumah), serta Soppeng (64 rumah). Daerah-daerah ini terletak di wilayah tengah Sulsel dan saling berbatasan satu sama lain.
Kerusakan juga terjadi di kabupaten lain, seperti Bone, Jeneponto, dan Takalar. Namun, jumlahnya tak sampai ratusan rumah. Di Parepare, angin kencang juga menumbangkan sekitar 70 pohon.
”Hingga malam ini kami masih terus mendata. Jumlah 526 rumah yang rusak itu masih data sementara, kemungkinan bisa bertambah. Angin kencang dirasakan merata di hampir semua kecamatan. Kami belum bisa merinci berapa rumah yang rusak berat, sedang, ataupun ringan,” kata M Rusli, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parepare.
Bantuan logistik pun terus disalurkan kepada warga yang menjadi korban. Umumnya, bantuan yang diperlukan berupa tenda, terpal, makanan, dan pakaian. ”Warga yang atap rumahnya rusak kami beri bantuan terpal untuk sementara agar mereka tetap bisa menempati rumahnya. Yang rusak berat, mengungsi ke rumah kerabat ataupun tetangga. Bantuan makanan juga kami salurkan,” kata Rusli.
Di Pangkep, rumah rusak berada di Pulau Liukang Kalmas. Ini adalah salah satu pulau terjauh dari Pangkajene, ibu kota Pangkep, yang terletak di daratan Sulsel. Liukang Kalmas berbatasan dengan Kalimantan dan membutuhkan sekitar 16 jam perjalanan laut dari Pangkajene.
Pelaksana Tugas BPBD Pangkep Kallang Ambo Dalle mengatakan, kondisi itu menjadi kendala untuk menyalurkan bantuan secara cepat. ”Selain jauh, kondisi cuaca juga masih kurang bagus sehingga kami perlu berhati-hati untuk menyalurkan bantuan,” katanya.
Terkait kondisi cuaca, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar mengeluarkan peringatan untuk mewaspadai angin kencang dan gelombang tinggi. Saat ini, angin barat–barat laut diprediksi mencapai kecepatan 10-45 kilometer per jam. Warga juga diminta mewaspadai potensi angin kencang di pesisir barat dan selatan wilayah Sulawesi Selatan.
Adapun gelombang setinggi 1,25-2,5 meter terjadi di perairan Parepare, perairan Spermonde Pangkep bagian barat, perairan Spermonde Pangkep, perairan Spermonde Makassar bagian barat, perairan Spermonde Makassar, Teluk Bone bagian selatan, dan Laut Flores bagian utara.
Sementara itu, gelombang setinggi 2,5-4 meter terjadi di Selat Makassar bagian selatan, perairan barat Kepulauan Selayar, perairan Sabalana, perairan timur Kepulauan Selayar, dan Laut Flores bagian barat. Selain itu, perairan Pulau Bonerate-Kalaotoa bagian utara, perairan Pulau Bonerate-Kalaotoa bagian selatan, dan Laut Flores bagian timur.