Kapal China Masih Bertahan di Natuna Menjelang Kunjungan Presiden
Situasi di wilayah perbatasan Indonesia semakin menguras perhatian dan energi. Puluhan kapal China bertahan di wilayah perairan utara Kepulauan Natuna menjelang kunjungan Presiden Joko Widodo ke wilayah itu.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·2 menit baca
NATUNA, KOMPAS — Menjelang kunjungan Presiden Joko Widodo ke Perairan Natuna, Rabu (8/1/2020), lebih dari 30 kapal China bertahan di wilayah perairan utara Kepulauan Natuna hingga Selasa (7/1/2020). Awak kapal perang Indonesia diminta terus melakukan pengusiran dan tidak terprovokasi manuver kapal China.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Tentara Nasional Indonesia Laksamana Madya Yudo Margono mengatakan, sebanyak empat kapal Coast Guard China dan satu kapal pengawas perikanan China mengawal 30 kapal ikan berbendera China di perairan utara Natuna.
Informasi ini didapatkan melalui operasi intai udara yang digelar Yudo pada Selasa siang. ”Kapal-kapal ikan itu masih melakukan penangkapan ikan ilegal, sedangkan kapal coast guard mereka memberikan pengawalan,” kata Yudo di atas KRI Karel Satsuit Tubun yang bersandar di fasilitas pelabuhan Pangkalan TNI Angkatan Laut Ranai, Natuna, Kepulauan Riau.
Yudo menyatakan, sekelompok kapal tersebut masih bertahan di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE)—seperti selama beberapa hari terakhir—sekitar 130 mil laut dari Ranai, ibu kota Kabupaten Natuna.
Insiden ini terjadi sehari sebelum kunjungan Presiden Joko Widodo yang dijadwalkan pada Rabu (8/1/2020). Menurut rencana, Presiden Jokowi akan tiba dan kemudian turut berpatroli di perairan utara Natuna.
Yudo mengatakan, direncanakan paling tidak delapan kapal dari TNI Angkatan Laut dan Badan Keamanan Laut (Bakamla) akan terlibat dalam patroli laut utara Natuna yang bertajuk Operasi Siaga Siap Tempur Laut. Selain itu, juga akan terlibat empat pesawat tempur F-16C dari Wing Udara 7 Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru dan pesawat CN-235 milik Angkatan Laut.
Yudo memastikan bahwa TNI akan terus berusaha mengusir kapal asing dari perairan ZEE Indonesia. Ia juga meminta kepada jajarannya yang bertugas di laut untuk tidak terpancing manuver provokatif dari kapal coast guard China. ”Kalau misalnya mereka bergerak memotong haluan itu sudah jelas adalah tindakan provokatif sehingga kita harus menahan diri jangan sampai terpancing,” kata Yudo.
Dari sisi masyarakat sipil, rencana Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD untuk melibatkan 120 nelayan asal pantai utara Jawa guna meningkatkan keberadaan Indonesia di Laut Natuna disambut baik oleh Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal.
Menurut Hamid, wacana tersebut tidak serta-merta menimbulkan konflik dengan nelayan lokal. Sebab, nelayan Natuna memiliki keterbatasan jangkauan dalam mencari ikan.
Meski demikian, Hamid meminta kepada nelayan pantura untuk melelang hasil tangkapannya di pelabuhan Natuna. ”Dengan demikian, daerah kami juga mendapat hasil, misalnya dari retribusi lelang. Jangan hanya mengambil ikan dan kemudian langsung pulang ke pantura,” kata Hamid.