Pengolahan air bersih yang terhenti akibat banjir sudah beroperasi normal. Dua instalasi penjernihan air di DKI Jakarta sempat terhenti beroperasi karena gardu listrik mati selama banjir pekan lalu.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengolahan air bersih yang terhenti akibat banjir sudah beroperasi normal. Dua instalasi penjernihan air di DKI Jakarta sempat terhenti beroperasi karena gardu listrik mati selama banjir pekan lalu.
Direktur Utama PD PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo mengatakan, dua instalasi penjernihan air (IPA) yang berhenti operasi tersebut adalah IPA Buaran, Jakarta Timur, dan IPA Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
IPA Buaran yang berkapasitas 6.000 liter per detik itu terganggu dua hari karena gardu listrik terendam sehingga listrik padam. Pengoperasiannya kembali dilakukan secara bertahap dalam dua hari yakni Jumat dan Sabtu pekan lalu.
”Kehilangan air di Buaran kira-kira 6.000 liter per detik dari distribusi 22.200 liter per detik, atau sekitar 3 persen,” kata Bambang.
IPA Taman Kota dengan kapasitas 150 liter per detik juga terganggu dua hari. PD PAM Jaya mendistribusikan air bersih untuk warga korban banjir yang aliran air bersihnya terganggu. PD PAM Jaya juga menggunakan pemurni air bergerak untuk area-area yang terendam dan mengolah air bersih di dekat lokasi.
Hingga hari ke-10, masih ada 29 jiwa dari tujuh keluarga yang mengungsi karena banjir di Jakarta Timur. Mereka mengungsi karena pembersihan masih dilakukan dibantu petugas PPSU. ”Air sudah surut seluruhnya, tetapi masih ada yang mengungsi,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta M Ridwan.
Infrastruktur
Perbaikan infrastruktur karena banjir 1 Januari terus dilakukan. Perbaikan ini di antaranya dilakukan pada pompa dan tanggul yang rusak karena banjir.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi mengatakan, saat ini masih ada beberapa pompa rusak karena terendam banjir atau tersangkut sampah pada 1 Januari. Sejumlah pompa sudah langsung bisa digunakan saat sudah kering. Namun, beberapa pompa kerusakannya cukup parah karena terendam dan tersangkut sampah sehingga harus dibawa ke pabrik untuk perbaikan.
Perbaikan yang dibawa ke pabrik ini akan memakan waktu hingga sekitar tiga pekan. ”Selama perbaikan, kami tetap akan siapkan pompa di semua titik rawan banjir dengan pompa bergerak,” katanya di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
DKI Jakarta mempunyai 474 pompa stasioner dan 122 pompa bergerak (mobile). Saat banjir 1 Januari, sekitar 70 pompa stasioner dan puluhan pompa bergerak mati karena terendam atau tersangkut sampah. Saat ini, perbaikan sudah bisa mengurangi pompa rusak menjadi sekitar 30 buah. Namun, Dudi mengatakan, masih harus memastikan lagi jumlah pompa yang rusak ataupun sudah siap beroperasi tersebut.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta juga terus melakukan perbaikan pada tanggul-tanggul yang mengalami rembes. Tanggul di Latuharhari, misalnya, diberikan perkuatan sementara dengan karung-karung pasir. Perbaikan menunggu waktu air surut.
Senada dengan yang dikerjakan Pemprov DKI, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Jumat, mengatakan, antisipasi banjir dilakukan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka pendek dilakukan untuk menghadapi cuaca ekstrem yang diprediksi masih akan terjadi pada 11-15 Januari ini.
”Misalnya, di sepanjang Sungai Bekasi, seperti di sepanjang Kemang Pratama, sedang dikerjakan perbaikan tanggul. Dan, saya minta tanggal 10 ini semua tanggul yang jebol selesai. Kalau sudah keadaan seperti ini, siapa pun yang mengerjakan sama saja. Yang penting tidak dobel (pengerjaan),” kata Basuki.