Bertahun-tahun Dilanda Banjir, Warga Bekasi Minta Solusi Permanen
Sebagian warga Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor bertahun-tahun dilanda banjir. Namun mereka belum berniat pindah dari tempat tinggalnya karena alasan ekonomi. Mereka minta agar ada solusi permanen untuk mengatasi banjir.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Banjir sudah seperti tradisi tahunan yang dihadapi warga Perumahan Pondok Gede Permai, Kota Bekasi, dan Vila Nusa Indah, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Normalisasi Sungai Cileungsi dan pembangunan waduk di hulu sungai diyakini sebagai salah satu solusi mengatasi persoalan banjir tahunan yang terus terjadi.
Sebagian warga yang tinggal di sana sejak 2010, mereka akrab dengan persoalan banjir. Membersihkan lumpur, mencuci perabotan rumah tangga yang terendam banjir, hingga membeli perabotan baru, sudah menjadi kebiasaan rutin saat musim hujan tiba.
"Kami baru bebas dari banjir setelah 2016. Tetapi kembali banjir lagi tahun ini dan keadaannya lebih parah. Televisi dan dua motor saya rusak. Barang-barang di lantai dua juga ikut terendam banjir karena ketinggian air kemarin sampai lima meter," kata Irwan (32) warga Perumahan Pondok Gede Permai, RT 002 RW 010 Kelurahan Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (14/1/2020).
Meski kerap kebanjiran, lelaki kelahiran Jakarta itu mengaku tidak punya pilihan lain. Saat membeli rumah di sana, ia sudah mengetahui kalau lokasi itu rawan bajir. "Saya nekat beli karena harga rumahnya murah. Waktu itu rumah ini saya beli dengan harga Rp 50 juta," katanya.
Di awal tahun 2020, banjir melanda sejumlah kawasan perumahan di Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Ketinggian air bervariasi mulai dari dua meter hingga tujuh meter.
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) Puarman, menjelaskan, banjir dengan ketinggian mencapai tujuh meter itu terjadi karena saat air kiriman dari hulu, terutama Sungai Cileungsi tiba, kondisi Kali Bekasi masih dalam keadaan penuh. Situasi itu menjadi salah satu penyebab perumahan di Pondok Gede Permai dan Vila Nusa Indah terendam banjir.
"Ditambah lagi dengan kurangnya daya tampung sungai karena sedimentasi Kali Bekasi yang sudah tinggi. Kemudian kurangnya resapan di hulu Sungai Cileungsi," kata Puarman.
Ia mengatakan, untuk menyelesaikan masalah banjir tahunan di beberapa kawasan itu, KP2C mengusulkan empat rekomendasi ke pemerintah, yakni normalisasi Sungai Cileungsi, pembangunan tanggul permanen, pembangunan pintu pengendali air, dan pembangunan waduk di hulu Sungai Cileungsi. "Hari ini KP2C sudah menyampaikan empat rekomendasi itu kepada Presiden melalui Staf Khusus Presiden dan Juru Bicara Presiden saat mereka berkunjung ke Vila Nusa Indah tadi," ujarnya.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi di tempat terpisah, mengatakan, secara keseluruhan pembersihan lumpur akibat banjir yang merendam perumahan warga di Kota Bekasi sudah mencapai 90 persen. Pihaknya akan menggelar rapat untuk menentukan kelanjutan siaga darurat bencana di Kota Bekasi yang seyogianya berakhir hari ini.
"Nanti malam ada rapat, kami undang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Badan Nasional Penanggulanan Bencana, DPRD, dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Diperpanjang atau tidak tergantung rapat nanti, karena kalau menurut BMKG cuaca ekstrim diperkirakan awal Februari sampai Maret," ujarnya.
Pemerintah Kota Bekasi juga mengusulkan ke Presiden Joko Widodo untuk membangun polder atau tempat penampungan air di sekitar titik nol Kali Bekasi atau tempat bertemunya dua aliran sungai, yaitu Cileungsi dan Cikeas. Untuk pembangunan polder air itu, warga yang bermukim di tepi Kali Bekasi, tepatnya di Perumahan Pondok Gede Permai diusulkan untuk direlokasi. "Kalau tidak direlokasi, alternatif kedua, di bibir sungai, minimal 20 meter dijadikan area tangkapan air. Jadi tidak semua warga direlokasi," ujarnya.