Pyongyang Ancam Hentikan Dialog Nuklir dengan Washington
Pyongyang menyebut Washington tidak serius dengan proses perundingan kedua belah pihak. Desakan dan sanksi Washington agar Pyongyang menghentikan program senjata nuklirnya disebut sebagai hal yang menggelikan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Pemerintah Korea Utara mengancam akan menghentikan perundingan tentang penghentian program senjata nuklirnya dengan Pemerintah Amerika Serikat.
Pyongyang menyebut Washington tidak serius dengan proses perundingan kedua belah pihak. Desakan dan sanksi Washington agar Pyongyang menghentikan program senjata nuklirnya disebut sebagai hal yang menggelikan.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo pekan lalu mengatakan kepada negara-negara untuk ”tetap berkomitmen menerapkan tekanan diplomatik dan ekonomi” atas program nuklir dan rudal balistik Korea Utara (Korut).
Pompeo tetap menyerukan Pyongyang agar kembali ke perundingan setelah serangkaian latihan senjata digelar Korut selama jeda berkepanjangan dalam perundingan perlucutan senjata dengan AS. Washington pun dilaporkan menawarkan bantuan kepada Pyongyang untuk melawan pandemi Covid-19.
”Mendengarkan bahasa menggelikan Pompeo itu membuat kami menyerah pada segala harapan untuk berdialog,” kata seorang pejabat Korut yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kantor berita resmi Korut, KCNA. Pejabat itu ikut bertanggung jawab atas perundingan dengan AS. ”Kami akan beraksi dengan cara kami,” katanya.
Para analis mengatakan, Korut terus memperbaiki kemampuan senjatanya lebih dari setahun setelah pertemuan puncak antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump gagal dilaksanakan di Vietnam.
Negosiasi kedua negara sejak saat itu pun menemui jalan buntu, terutama terkait dengan pelonggaran sanksi AS terhadap Korut dan soal apa yang akan diberikan Korut sebagai balasannya. Korut sendiri berada di bawah serangkaian sanksi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), AS, dan lainnya atas program senjata yang dilarang.
Menurut pejabat Korut itu, Pompeo telah menghina sebuah negara, dalam hal ini Korut, di mana presidennya bersedia menjalin hubungan yang baik. Sumber itu merujuk pada surat Trump yang dikirim ke Kim Jong Un yang menyatakan niat untuk bekerja sama dalam upaya antiepidemi.
”Sangat membingungkan siapa komandan tertinggi di AS,” kata pejabat itu.
Namun, dalam sebuah pernyataan persnya melalui sambungan telepon dengan kantor berita Yonhap di Korea Selatan dan sejumlah kantor berita serta media di Asia lainnya, Pompeo mengatakan bahwa posisinya dan posisi Trump selalu beriringan.
”Kami dari pihak AS telah berusaha dengan sangat rajin bergerak maju dengan negosiasi-negosiasi itu dan berharap bahwa kami akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan itu,” kata Pompeo.
Kami dari pihak AS telah berusaha dengan sangat rajin bergerak maju dengan negosiasi-negosiasi itu dan berharap bahwa kami akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan itu.
Ia merujuk kembali ke pertemuan puncak 2018 yang inovatif di Singapura antara Trump dan Kim. Pada pertemuan tersebut, kedua orang itu menandatangani pernyataan tentang program menuju denuklirisasi.
”Presiden Trump juga sudah jelas, sampai kita mencapai titik itu, sampai kita mencapai titik di mana kita telah membuat kemajuan yang cukup di sepanjang jalan, sanksi— bukan sanksi Amerika, tetapi resolusi Dewan Keamanan PBB—akan terus ditegakkan” ujar Pompeo.
Kritik dari pejabat Korut datang setelah Pyongyang pada Senin (30/3/2020) pagi menyatakan telah berhasil menguji ”peluncur roket ganda super besar” sehari sebelumnya.
Otoritas Korsel mengatakan, dua proyektil, yang dianggap sebagai rudal balistik, ditembakkan pada hari Minggu dari kota pelabuhan Korut, Wonsan, ke Laut Jepang, yang juga dikenal sebagai Laut Timur. Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Pyongyang terhitung sudah empat kali meluncurkan rudal-rudalnya sepanjang Maret.
Tidak seperti biasanya, KCNA tidak mengatakan dalam laporannya tentang peluncuran roket itu atau Kim Jong Un menghadiri pengujian itu. Para analis mengatakan, Korut berusaha menormalkan peristiwa semacam itu. Pompeo di pihak lain mengatakan kepada Yonhap bahwa AS mendukung tawarannya untuk membantu Korut memerangi virus korona tipe baru.
Pompeo menambahkan, dirinya berharap Korut dan Iran akan transparan dalam melaporkan kasus, kematian, dan upaya mereka untuk mengurangi penyebaran sehingga langkah-langkah global yang efektif dapat dikembangkan.
Korut adalah salah satu dari sedikit negara yang tersisa di dunia yang belum melaporkan kasus infeksi Covid-19. Muncul spekulasi luas bahwa virus korona tipe baru itu telah mencapai negara yang terisolasi dan miskin itu. (AFP/AP)