Eskalasi konflik Rusia dan Turki dalam perang di Suriah semakin menghangat. Menyusul tewasnya puluhan tentara Turki akibat serangan Rusia, Ankara membuka jalan pengungsi Suriah menuju Eropa.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ANKARA, JUMAT — Angkatan Darat Turki melancarkan serangan artileri terhadap pasukan Pemerintah Suriah di wilayah Suriah menyusul serangan udara yang menewaskan 29 prajurit Turki di Provinsi Idlib di sebelah barat laut Suriah.
Seperti dikutip kantor berita Anadolu, Jumat (28/2/2020), Direktur Komunikasi Turki Fahretin Altun mengatakan, ”semua yang diketahui” sebagai sasaran Pemerintah Suriah dihujani serangan dari udara dan darat.
Altun menambahkan, Turki telah memutuskan untuk ”menanggapi dengan baik” serangan oleh Pemerintah Suriah.
Sebelumnya, dalam serangan udara yang dilancarkan militer Suriah, sebanyak 29 tentara Turki tewas. Jumlah itu adalah korban jiwa dari pihak Turki terbanyak dalam sehari sejak negara itu turut dalam perang di Suriah tahun 2016.
Korban jiwa dari pihak Turki merupakan bukti eskalasi konflik antara Turki yang mendukung pemberontak Suriah dan Rusia yang mendukung pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad sejak awal Februari 2020 semakin serius. Peperangan paling sengit terjadi untuk memperebutkan Idlib, sebuah provinsi di sebelah utara Suriah.
Serangan udara Rusia itu terjadi setelah delegasi Rusia menghabiskan dua hari di Ankara untuk membahas situasi terkini di Idlib dengan para pejabat Turki. Serangan itu juga merusak 12 pos pengamanan Turki di Idlib.
Gubernur Provinsi Hatay, Turki, Tahmi Dogan mengatakan, selain 29 orang meninggal, ada 39 personel militer Turki lainnya yang terluka dan dirawat di rumah sakit. Provinsi Hatay berbatasan dengan Provinsi Idlib di Suriah.
Sebelum peristiwa ini, tiga prajurit Turki juga tewas di Idlib pada Kamis, 27 Februari. Sejak awal Februari, total telah ada 50 prajurit Turki yang tewas di Idlib.
Menanggapi insiden terakhir, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggelar pertemuan darurat di Ankara.
Menteri Luar Negeri Turki Mevult Cavusoglu berkomunikasi dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg via telepon. Juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, juga berkomunikasi dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien.
Amerika Serikat menyatakan prihatin atas serangan terhadap militer Turki di Idlib. Kementerian Luar Negeri AS menyatakan, AS akan berada di sisi Turki yang merupakan sekutu AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
”Kami berada di pihak sekutu NATO kami, Turki, dan terus menyerukan untuk segera mengakhiri serangan rezim Assad, Rusia, dan Iran yang menyedihkan ini,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Omer Celik, juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan yang merupakan partai Erdogan, mengatakan, NATO harus berada di pihak Turki. Baru-baru ini, Ankara mendesak agar rudal Patriot AS dikirim ke Suriah untuk dipakai melawan pasukan Suriah.
Dalam pernyataan yang sepertinya ditujukan kepada Eropa, Celik menyampaikan, ”Kebijakan pengungsi kami tidak berubah, tetapi situasi berkembang. Kami tidak bisa lagi menampung pengungsi.”
Turki tidak akan lagi menahan pengungsi Suriah untuk mencapai Eropa. Hampir 1 juta warga sipil telah menyelamatkan diri dari situasi perang di Idlib dekat perbatasan Turki sejak Rusia merebut wilayah yang dikuasai pemberontak dukungan Turki. Perang Suriah yang telah berlangsung sembilan tahun ini sudah menjadi krisis kemanusiaan paling parah.
Ancaman untuk membuka jalan pengungsi Suriah menuju Eropa, jika benar dilakukan, membalikkan janji Turki kepada Uni Eropa tahun 2016 dan akan menarik kekuatan Barat ke dalam perselisihan di Idlib serta menghentikan negosiasi antara Ankara dan Moskwa.
Mengantisipasi gelombang pengungsi dari Idlib, polisi Turki, penjaga pantai, dan petugas perbatasan telah diperintahkan untuk membiarkan pengungsi melintasi baik lewat darat maupun laut.
”Kami telah memutuskan, segera berlaku, untuk membiarkan pengungsi Suriah mencapai Eropa melalui darat ataupun laut,” kata seorang pejabat Turki yang tidak berkenan disebutkan namanya. ”Semua pengungsi, termasuk warga Suriah, sekarang kami persilakan melintas ke Uni Eropa.” (REUTERS/AP)