Antrean Panjang di Pasar Pramuka demi Satu Boks Masker
›
Antrean Panjang di Pasar...
Iklan
Antrean Panjang di Pasar Pramuka demi Satu Boks Masker
Operasi pasar murah oleh PD Pasar Jaya diharapkan mampu menstabilkan harga masker yang melambung tinggi. Warga pun diharapkan tidak panik dengan memborong masker sehingga tak ada spekulan yang memanfaatkan situasi.
Oleh
Aguido Adri
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan Daerah Pasar Jaya menggelar operasi pasar murah di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, untuk menstabilkan harga masker yang sempat menyentuh Rp 300.000-Rp 400.000 per satu boks berisi 50 helai masker. Melalui operasi pasar murah ini diharapakan mekanisme pasar dapat mengikuti harga yang sudah ditetapkan PD Pasar Jaya, yakni sebesar Rp 2.500 per potong atau Rp 125.000 per boks.
Operasi pasar murah oleh PD Pasar Jaya, Kamis (5/3/2020), disambut antusias oleh warga yang mencari masker dengan harga terjangkau. Sejak pukul 16.00 hingga pukul 19.00, warga masih mengantre membeli masker di gerai milik PD Pasar Jaya. Sampai pantauan hari ini, Jumat (6/3/2020), antrean masih panjang sejak pagi.
Meski demikian, kegiatan jual beli masker ini relatif terkendali, antrean mengular, tetapi para pengantre tak berebut dan tidak ada penyerobot. Setiap calon pembeli masker wajib menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta dan hanya boleh membeli satu boks masker.
Mendengar ada operasi pasar murah, Fahrul Rozi (29), warga Utan Kayu, Jakarta Timur, mendatangi Pasar Pramuka. Sudah hampir empat hari terakhir ia mencari masker. Namun, ia kesulitan mendapat masker. Jika ada, harganya pun sangat mahal.
”Ini operasi yang positif ya, sangat membantu. Akhirnya pemerintah turun tangan juga menyediakan masker dengan harga terjangkau. Maksimal beli satu kotak, harganya Rp 125.000. Sebelumnya, harga tak masuk akal, bisa Rp 350.000-Rp 400.000 per kotak. Bahkan ada yang menjual satu masker sampai Rp 10.000,” tutur Fahrul, Kamis (5/3/2020).
Alasan Fahrul membeli masker untuk mengantisipasi penyebaran coronavirus disease 2019 (Covid-19). Ia merasa takut jika keluarganya tertular Covid-19. Oleh karena itu, selain membeli masker, ia juga memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan, seperti mencuci tangan.
”Pasti takutlah, makanya beli masker, takut dengan penyebaran Covid-19. Ini antisipasi aja,” kata pria perantau asal Padang, Sumatera Barat, tersebut.
Khawatir dan takut juga dirasakan Odin (54), warga Jatinegara, Jakarta Timur. Kabar Covid-19 masuk ke Indonesia ikut membuatnya mencari masker sebagai antisipasi penyebaran virus.
”Untung banget ini ada operasi pasar murah, jadi saya bisa beli masker. Dari kemarin mau beli masker mahal banget. Seperti warga lainnya, saya beli karena menghindari penyebaran virus. Lebih baik mencegah toh,” kata Odin.
Sementara itu, Direktur Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengatakan, dalam operasi pasar murah, mereka menjual masker Rp 2.500 per potong dan Rp 125.000 per kotak.
”Warga dibatasi maksimal beli satu kotak saja, harus tunjukkan KTP. Ini salah satu preventif agar tidak ada yang memborong,” kata Arief.
Meskipun menggelar operasi pasar murah, Arief berharap warga tidak panik dan memborong untuk membeli masker. Menurut dia, tingginya harga masker yang mencapai Rp 400.000 per kotak karena permintaan yang begitu tinggi akibat kepanikan warga dengan isu penularan Covid-19. Tingginya permintaan juga membuat stok masker menjadi langka.
Oleh karena itu, kata Arief, pengendalian harga masker sangat diperlukan agar pedagang dan terutama warga tidak dirugikan. Untuk itu, PD Pasar Jaya sepakat dengan pedagang di Pasar Pramuka untuk operasi pasar murah. Selain itu, mereka juga sepakat tidak menerima agen atau distributor yang menjual masker dengan harga tinggi.
”Stok kami 1 juta masker atau sekitar 20.000 kotak terkumpul dari kolaborasi dengan para pedagang. Masker yang kami punya sesuai standar kesehatan, seperti masker terdiri dari tiga lapis, tercantum Departemen Kesehatan, Sertifikat ISO,” kata Arief.
Menurut Arief, sebagai barometer pasar di Jakarta, Pasar Pramuka harus menjaga stabilitas harga. Dengan demikian, mekanisme pasar di tempat lainnya akan ikut stabil.
”Kami terus berusaha tidak hanya 1 juta masker. Kami akan tambah lagi hingga harga masker stabil dan semakin terjangkau. Semoga operasi di Pasar Pramuka yang menjadi barometer bisa diikuti pasar lainnya. Mekamisme pasar akan menentukan, jika ada pasar yang menjual mahal, pasti tidak laku,” kata Arief.
Operasi pasar murah tidak hanya dilakukan di Pasar Pramuka. Namun, juga dilakukan di sejumlah gerai di kelurahan dan kecamatan, seperti Jak Mart dan Jak Grosir. ”Ini bedanya, kami jual masker di gerai Rp 1.950 per masker. Maksimal warga beli 2 potong,” kata Arief, melanjutkan.
Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Edy Haryanto mengatakan mendukung operasi pasar murah oleh PD Pasar Jaya.
Ia juga berharap masyarakat tidak perlu panik sehingga tidak ada spekulan di luar pedagang yang bermain dan memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan.
”Saran untuk warga juga, jangan beli masker di luar pasar yang dikelola langsung oleh PD Pasar Jaya. Jadi, beli di toko resmi untuk menghindari masker yang tidak sesuai standar. Semoga operasi ini bisa menstabilkan harga,” kata Edy.
Sementara itu, Agung (27), pedagang di Toko Graha Medika, mengatakan terpaksa menjual masker Rp 300.000-Rp 400.000 karena harga dari distributor sudah tinggi. Harga masker yang tinggi karena banyak warga yang membeli serta banyak pula perusahaan yang membeli borongan.
”Kami tentu dukung operasi ini. Tidak hanya untuk warga, tetapi juga untuk kebutuhan medis di puskesmas dan rumah sakit. Kasihan, kan, kalau harga tinggi. Semoga cepat stabil harganya,” tutur Agung.
Pedagang lainnya, Alif (25), dari toko Pualam Medikal, mengatakan, mereka masih menjual masker seharga Rp 300.000 per kotak. ”Harga masih tinggi karena ini stok dari distributor lama. Saya habiskan stok ini dulu, baru jual masker sesuai kesepakatan bersama PD Pasar Jaya. Tak sampai hati pula jual harga tinggi,” tuturnya, melanjutkan.