Empat Orang Dirawat di RSUD Kota Depok karena Gigitan Ular
Selama Desember 2019, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok menerima empat pasien digigit ular. Warga mulai waswas dengan kemunculan ular, terutama anakan ular kobra.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama Desember 2019, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok sudah menerima empat pasien digigit ular. Sementara itu, warga yang mulai waswas dengan kemunculan ular, terutama anakan ular kobra, mulai meminta penyisiran lokasi dan edukasi dari komunitas.
Pejabat Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok Setya Hadi Saputra, Rabu (18/12/2019), mengatakan, ada empat orang yang sudah ditangani karena gigitan ular. Namun, pihaknya belum bisa memastikan jenis ular yang menggigit pasien tersebut.
Dari keempat pasien itu, tiga di antaranya sudah pulang dan diizinkan rawat jalan. Sementara satu pasien baru masuk pada Selasa (17/12/2019) malam.
”Kalau untuk jenis ularnya apa, kami belum bisa memastikan. Kami lakukan tindakan sesuai dengan tata laksana medis saja,” kata Hadi.
Hadi mengatakan, pasien dengan luka gigitan ular akan masuk ke instalasi unit gawat darurat (IGD). Luka kemudian dibersihkan, dan pasien akan menjalani pemeriksaan laboratorium. Setelah itu, jika memang dibutuhkan, diberikan serum anti bisa ular. Selanjutnya penanganan dilakukan dokter spesialis bedah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita menambahkan, di Kota Depok ada dua rumah sakit yang memiliki serum anti bisa ular, yaitu RSUD Kota Depok dan RS Hasanah Graha Afiah (HGA). Masyarakat juga bisa menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk berobat saat terkena gigitan ular berbisa.
Dinas Kesehatan Kota Depok juga melatih petugas puskesmas menangani kasus gigitan ular. Pelatihan tersebut dilakukan untuk menghadapi fenomena kemunculan ular, terutama anakan ular kobra.
Anakan kobra
Di Kota Depok, kemunculan ular, terutama anakan ular kobra, sangat meresahkan masyarakat. Ular tidak hanya muncul di saluran air, permukiman, dan pasar, tetapi juga kompleks sekolah.
Anggota Taman Belajar Ular (Tabu) Indonesia, Ligar Sonagar Risjoni alias Igor, mengatakan, banyak permintaan dari ketua RT di wilayah Depok untuk diadakan penyisiran ular. Sebab, masyarakat sudah mulai resah dengan maraknya temuan ular di sejumlah tempat. Selama Desember ini, Tabu setidaknya sudah menangkap 75 anakan ular kobra di wilayah Jabodetabek. Depok merupakan salah satu wilayah dengan temuan ular paling banyak.
”Hari ini kami juga mengadakan pelatihan bagaimana menangkap ular dan bagaimana mengevakuasi ular,” ujar Igor.
Menurut Igor, temuan anakan ular kobra diprediksi masih akan berlangsung hingga Januari. Sebab, pada Desember-Januari musim tetas ular kobra. Setelah temuan anakan ular kobra ini, pada bulan selanjutnya ada kemunculan kobra dewasa. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang benar bagaimana penanganan saat bertemu dengan ular. Selain itu, masyarakat juga perlu diedukasi bagaimana mengevakuasi ular kobra.
”Ular kobra itu kalau bertemu dengan manusia tidak akan tiba-tiba menggigit. Dia biasanya akan menggigit kalau terinjak, ada provokasi, atau diusir. Makanya saat bertemu dengan ular lebih baik diam saja sampai ular menyingkir,” kata Igor.
Selain mengedukasi masyarakat, komunitas Tabu juga mengevakuasi ular yang ditangkap warga. Ular tersebut biasanya akan disimpan untuk diketahui apakah itu ular peliharaan atau ular liar. Jika ular peliharaan, ular akan diberi makan sampai insting alaminya keluar. Jika insting alaminya sudah keluar, ular baru akan dilepaskan ke habitat alaminya.