Pasien Terus Tambah, Jawa Timur Siapkan Rumah Sakit Darurat
Jumlah pasien penyakit akibat virus korona jenis baru atau coronavirus disease 2019 (Covid-19) di Jawa Timur terus bertambah. Kapasitas jaringan rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19 tidak lagi memadai.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jumlah pasien penyakit akibat virus korona jenis baru atau coronavirus disease 2019 (Covid-19) di Jawa Timur terus bertambah. Kapasitas jaringan rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19 tidak lagi memadai. Untuk itu, gedung-gedung yang ada disiapkan sebagai rumah sakit darurat guna merawat pasien Covid-19.
Data sampai dengan Selasa (5/5/2020) petang menunjukkan ada 1.124 warga positif Covid-19. Sebanyak 120 orang di antaranya telah meninggal, 817 pasien dirawat, dan 187 orang dinyatakan sembuh. Dari jumlah 817 pasien itu, 481 orang dirawat di rumah sakit rujukan, 115 orang dirawat di gedung-gedung yang ditunjuk dan disetujui oleh tim terpadu pemerintah, dan 221 orang dirawat di rumah.
Di sisi lain, khusus Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik sedang memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang hari ini tepat berjalan sepekan. PSBB sampai dengan Senin (11/5/2020) bertujuan meredakan wabah virus korona. Namun, hingga sepekan PSBB berjalan, pagebluk penyakit ini belum juga mereda.
Kami persiapkan gedung Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Humaniora Kementerian Kesehatan di Surabaya sebagai rumah sakit darurat. (Emil Elestianto Dardak)
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, kapasitas jejaring RS rujukan tidak lagi memadai. Pasien yang rawat jalan memperlihatkan adanya kebutuhan mendesak pengadaan tempat-tempat perawatan baru meski bersifat sementara.
”Kami persiapkan gedung Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Humaniora Kementerian Kesehatan di Surabaya sebagai rumah sakit darurat,” kata Emil, mantan Bupati Trenggalek itu.
Pemprov Jatim telah mengusulkan kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk menyetujui gedung di Jalan Indrapura itu menjadi RS darurat. ”Telah kami terima informasi pengajuan itu disetujui oleh Menteri Kesehatan sehingga kami bergegas menyiapkannya,” ujar Emil.
Gedung peninggalan era Hindia-Belanda itu masih kukuh dan besar. Kapasitasnya bisa 500 tempat tidur sehingga akan amat signifikan untuk menampung dan merawat pasien Covid-19. Untuk tahap pertama, tim terpadu menyiapkan 100-200 tempat tidur perawatan.
Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan sedang dilaksanakan perbaikan penyejuk udara, penyekatan, dan pembenahan sistem drainase. RS darurat bisa dioperasikan paling cepat 2-3 hari mendatang.
”Kapasitasnya bisa menampung pasien yang harus opname,” ujar Joni yang juga menjabat Direktur RSUD dr Soetomo, Surabaya, satu dari tiga RS rujukan utama penanganan pasien Covid-19 di Jatim. Dua lainnya ialah RSUD dr Saiful Anwar, Malang, dan RSUD dr Soedono, Madiun. Ketiganya dikelola Pemprov Jatim.
Ketua Rumpun Tracing Satgas Covid-19 Kohar Hari Santoso mengatakan, jumlah kasus tak mereda seiring munculnya kluster-kluster baru penularan. Yang terkini ialah pabrik rokok di Surabaya dan Tulungagung sehingga terjadi lonjakan pasien hingga 150 orang.
”Menyiapkan RS darurat menjadi kebutuhan nyata yang ditempuh,” kata Kohar, mantan Kepala Dinas Kesehatan Jatim yang kini menjabat Direktur RSUD dr Saiful Anwar.
Tambah ruang isolasi
Pemerintah Kota Surabaya terus menambah ruang isolasi untuk perawatan pasien Covid-19 di seluruh rumah sakit Surabaya. Penambahan ruang isolasi dilakukan bahkan memakai hotel karena hampir semua rumah sakit di Surabaya mengalami kelebihan pasien karena umumnya rumah sakit memiliki tempat tidur di ruang isolasi terbatas.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Selasa petang mengatakan, kamar hotel disiapkan untuk warga Surabaya yang baru kembali dari luar negeri dan berstatus ODP dan PDP (pasien dalam pengawasan) serta positif Covid-19. ”Mereka ini harus dirawat di ruangan khusus untuk mencegah penularan,” ujarnya.
Padahal data Senin (4/5/2020) jumlah pasien yang masuk rumah sakit terkait kasus Covid-19 di Surabaya sekitar 798 orang. Sementara di seluruh ruang isolasi di rumah sakit Surabaya sebanyak 403 tempat tidur. ”Ruang isolasi tak hanya digunakan untuk merawat pasien confirm Covid-19, tetapi juga ODP dan PDP sehingga butuh 395 tempat tidur,” kata Risma.
Pemkot Surabaya pun terus berupaya menambah tempat tidur di ruang isolasi pada rumah sakit milik pemkot dan rumah sakit swasta. ”RSUD dr Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada masih dalam proses renovasi pengembangan, begitu juga di rumah sakit swasta,” katanya.
Menurut Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya M Fikser untuk RSUD Soewandhie, saat ini ada 22 tempat tidur di ruang isolasi dan rencananya ditambah 20 tempat tidur lagi sehingga total 42 tempat tidur. Adapun di RSUD BDH Surabaya nanti menjadi 50 tempat tidur.
Dalam kondisi seperti sekarang, tidak hanya rumah sakit rujukan di Surabaya yang melakukan perawatan kasus Covid-19. Semua rumah sakit yang memiliki ruang isolasi juga melakukan perawatan pasien Covid-19, baik itu terkonfirmasi, ODP maupun PDP. Setidaknya ada 54 rumah sakit di Surabaya yang melakukan perawatan Covid-19.
Pemkot Surabaya, kata Risma, tak hanya menambah tempat tidur di dua rumah sakit milik pemkot dan swasta, tetapi juga menyediakan fasilitas kamar hotel bagi ODP dan OTG (orang tanpa gejala) yang tidak memungkinkan melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Pemkot sudah siapkan 265 kamar hotel untuk ruang isolasi, terutama untuk warga Surabaya yang kembali dari luar negeri atau kota.