Tes Masif di Sumsel Terhambat Lambatnya Pemeriksaan Laboratorium
Tes masif untuk memetakan tingkat penularan Covid-19 di Sumatera Selatan masih terhambat kapasitas laboratorium di Sumsel yang belum optimal. Untuk pemeriksaan satu sampel saja membutuhkan waktu setidaknya satu minggu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tes masif Covid-19 di Sumatera Selatan masih terhambat fasilitas pemeriksaan yang belum optimal. Untuk mengetahui satu hasil sampel, butuh waktu lebih dari seminggu. Waktu pemeriksaan ditargetkan lebih cepat mengingat sejumlah rumah sakit sudah menyediakan laboratorium pemeriksaan sampel dengan metode reaksi rantai polimerase.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya saat menghadiri pemeriksaan uji usap massal yang digelar Bank Negara Indonesia (BNI) di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (8/6/2020), mengatakan, saat ini pemeriksaan masif terus dilakukan untuk memetakan tingkat penularan di Sumsel. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel, jumlah sampel yang diperiksa hingga Minggu (7/6/2020) mencapai 5.153 spesimen.
Dari jumlah tersebut, 1.129 spesimen dinyatakan positif Covid-19 dan 717 lainnya dinyatakan negatif. Hanya saja, dari jumlah tersebut, terdapat 3.307 spesimen yang masih dalam proses pemeriksaan. Mawardi mengatakan, pemeriksaan sangat penting untuk meminimalisasi tingkat penularan. Menurut dia, lebih banyak spesimen yang diperiksa, akan diketahui seberapa luas penularan Covid-19.
Mawardi berharap ada bantuan dari sejumlah pihak untuk melakukan pemeriksaan uji usap kepada masyarakat, terutama di daerah rawan. Sejumlah bantuan pun sudah berdatangan, termasuk untuk uji usap.
Seperti BNI yang mengadakan uji usap gratis bagi 2.000 orang yang terdiri dari tenaga kesehatan, masyarakat umum, anggota TNI, dan Polri. ”Kalau bisa, ada bantuan serupa dari BUMN yang lain,” ucap Mawardi.
Sumsel merupakan satu dari tiga provinsi di luar Pulau Jawa dengan penambahan kasus penularan Covid-19 tinggi sehingga mendapat perhatian pemerintah pusat. Adapun dua provinsi lain adalah Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy mengakui, hingga kini kapasitas laboratorium untuk pemeriksaan tes usap masih terbatas. Kapasitas Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang mencapai 500 spesimen. Kapasitas ini akan ditambah dengan laboratorium PCR di sejumlah rumah sakit, seperti Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, RS Pusri, dan RSUD Siti Fatimah Palembang. Beberapa rumah sakit di Lubuk Linggau dan Muara Enim juga memanfaatkan fasilitas tes cepat molekuler (TCM) dalam pemeriksaan PCR.
Adapun untuk ruang perawatan, lanjut Lesty, ada 700 tempat tidur yang tersedia di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumsel. Dari jumlah tersebut, sudah terisi sekitar 90 persen. Namun, jumlah itu terus berubah mengingat ada pasien yang sembuh sehingga bisa digunakan untuk pasien baru.
Sekretaris Gugus Tugas Unit Rumah Sehat Wisma Atlet Jakabaring Aufa Syahrizal mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan delapan tower dengan kapasitas 512 orang untuk menampung orang tanpa gejala (OTG) yang terkonfirmasi positif Covid-19, serta tenaga medis yang sedang menjalankan tugas. Sejauh ini, baru lima tower yang digunakan.
Sampai saat ini, lanjut Aufa, ada 107 OTG terkonfirmasi positif Covid-19 dan 53 orang dalam pengawasan (ODP) yang masih menunggu hasil pemeriksaan. ”Mereka tidak boleh keluar sebelum hasil laboratorium dikeluarkan atau dinyatakan negatif Covid-19,” kata Aufa.
Satu pekan
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumsel Yusri mengakui, saat ini waktu pemeriksaan spesimen dengan metode PCR masih belum optimal. Untuk satu sampel saja butuh waktu hingga tujuh hari. Bahkan ER, salah satu warga yang terjangkit Covid-19 di Palembang mengatakan, dirinya baru mengetahui hasil uji usap 12 hari setelah pemeriksaan.
Menurut dia, hal ini sangat berbahaya karena bisa saja orang yang menunggu hasil pemeriksaan terus melakukan aktivitasnya di luar ruang. ”Kalau saya memutuskan untuk tetap di rumah sampai hasil uji usap keluar,” ujar ER.
Yusri mengatakan, sejumlah upaya terus dilakukan untuk mempercepat proses pemeriksaan, termasuk menambah jumlah laboratorium pemeriksaan. ”Kami menargetkan pada pertengahan Juni, proses pemeriksaan bisa lebih cepat sehingga penularan bisa segera dipetakan,” ucap Yusri.
Di sisi lain, lanjut Yusri, pihaknya berharap masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah agar wabah ini tidak terus menyebar. ”Kalau masyarakat tidak mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan, saya yakin Covid-19 di Sumsel tidak akan pernah hilang,” ucapnya.
Yusri menyayangkan masih banyak warga yang tidak mematuhi protokol kesehatan, terutama di pasar. Menurut dia, masih ada warga yang berkerumun dan ke pasar tanpa memakai masker. Hal ini sangat berbahaya karena bisa saja pasar tersebut menjadi kluster penyebaran Covid-19.
Kalau masyarakat tidak mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan, saya yakin Covid-19 di Sumsel tidak akan pernah hilang.
Di Palembang, dua pasar sudah ditutup karena ada pedagangnya yang terkonfirmasi positif Covid-19. Pantauan Kompas di Pasar Lemabang, Palembang, masih ada kerumunan warga. Petugas TNI/Polri berjaga untuk mengurai kerumunan tersebut. Mereka mengingatkan warga untuk menjaga jarak.
Kepala Polrestabes Palembang Komisaris Besar Anom Setyadji mengungkapkan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Palembang mengerahkan 1.725 personel untuk menjaga sejumlah area publik, seperti pasar, pusat perbelajaan, tempat ibadah, dan area publik lainnya.
”Dengan ini diharapkan masyarakat akan lebih menaati protokol kesehatan sehingga penularan bisa diantisipasi,” ucapnya.