Serangan Udara Hantam Sana’a, Kedubes Iran Terbakar
SANA’A, SENIN — Gelombang serangan udara kembali mengguncang Sana’a, ibu kota Yaman, Senin (4/12). Serangan itu terjadi di dekat bandara internasional dan kantor Kementerian Dalam Negeri.
Sementara itu, para saksi mata mengatakan, pertempuran antara kelompok pemberontak Houthi dan pendukung mantan Presiden Ali Abdullah Saleh juga telah menyebar ke luar Sana’a.
Pertempuran antara kelompok pemberontak Houthi dan pendukung mantan Presiden Ali Abdullah Saleh juga telah menyebar ke luar Sana’a.
Dua target serangan udara berada di bawah kendali pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran, menurut penduduk dan seorang sumber di bandara.
Kantor Kedutaan Besar Iran telah menjadi target dan gedungnya terbakar. Kedubes Iran berada dekat istana kepresidenan dan kediaman salah satu putra Saleh, di barat daya Sana’a.
Menurut Xinhua, api meluas ketika kedutaan diserang dengan senjata berat. Sebanyak 20 orang staf Kedubes Iran terjebak di dalam gedung tersebut.
Seratus lebih mayat berserakan di jalan-jalan menuju kompleks diplomatik di area Hadda, lokasi sejumlah kantor kedubes asing.
Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi, musuh bebuyutan Iran, adalah satu-satunya koalisi asing dalam perang Yaman yang diketahui melakukan serangan udara di Sana’a.
Seorang juru bicara koalisi Arab Saudi tidak merespons permintaan konfirmasi dari wartawan terkait dengan serangan udara yang terjadi pada Senin pagi itu.
Warga di dekat bandara mengatakan, beberapa serangan udara telah mengguncang di dekat rumah mereka pada Minggu malam dan Senin dini hari.
Pangkalan pemberontak Houthi di dekat Bandara Internasional Sana’a telah menjadi target utama serangan udara pada Senin pagi.
Sebuah sumber di bandara menyebutkan, pangkalan pemberontak Houthi di dekat lokasi itu telah menjadi target utama serangan pada Senin, sedangkan bandara internasional tersebut tidak dibom.
Warga juga melaporkan, pertempuran tersebut, yang dimulai sejak Rabu (29/11) malam antara pendukung Saleh dan militan Houthi, telah menyebar jauh keluar dari ibu kota Sana’a.
Saksi mata di kampung halaman Saleh, yakni Sanhan, yang berada di selatan Sana’a, melaporkan, pertemuan sengit terjadi sepanjang malam antara loyalis Houthi dan Saleh.
Bentrokan di Sana’a telah menewaskan 60 orang pada Minggu dan ratusan lainnya terluka. Meski ada saksi mata yang melihat lebih dari 100 orang tewas di jalan-jalan kota Sana’a, belum ada konfirmasi pasti mengenai korban serangan terbaru, Senin pagi.
Bentrokan di Sana’a telah menewaskan 60 orang pada Minggu dan ratusan lainnya terluka.
Wilayah Yaman selama ini terbagi antara kekuatan pemerintahan Abdurabbuh Mansour Hadi di selatan, yang didukung Arab Saudi dan diakui masyarakat internasional, serta pemberontak Houthi dan pasukan yang setia kepada Saleh yang menguasai bagian utara Yaman, yang masih memiliki pengaruh kuat di sana.
Sejak 2014, ibu kota Sana’a dikuasai secara bersama-sama oleh pasukan loyalis Saleh dan Houthi. Mereka menggulingkan pemerintahan Presiden Hadi dan mendirikan pemerintahan sendiri.
Pertempuran dengan senjata berat antara militan Houthi dan loyalis Saleh yang meletus sejak Rabu (29/11) itu mengakhiri koalisi mesra mereka yang telah berjalan tiga tahun melawan Arab Saudi.
Militan loyalis Abdul Malik al-Houthi dan loyalis Saleh masing-masing mengklaim unggul dalam pertempuran di Sana’a dan sekitarnya. Namun, sulit memverifikasi keadaan sebenarnya di Sana’a.
Saleh pada Sabtu lalu telah mengumumkan, dirinya terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Riyadh dan sekutu-sekutunya, dengan syarat blokade di pelabuhan dan bandara dibuka.
Perpecahan antara Saleh dan Houthi telah memicu kekhawatiran akan sebuah front baru dalam perang Yaman, yang telah menewaskan lebih dari 8.750 orang sejak koalisi pimpinan Arab Saudi bergabung dalam perang untuk mendukung pemerintahan Hadi.
Konflik tersebut telah mendorong Yaman ke ambang kelaparan massal dan memicu apa yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (AFP/REUTERS)