”Hari Murka” Palestina Lawan AS Mulai Telan Korban
JERUSALEM, JUMAT — Demonstrasi warga Palestina atas langkah kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel mulai memakan korban jiwa.
Setidaknya satu orang tewas dan lebih dari 80 orang terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel pada aksi ”hari murka” warga Palestina pada Jumat (8/12).
Di dunia Arab dan Muslim, ribuan demonstran turun ke jalan, Jumat. Mereka mengekspresikan solidaritas kepada Palestina dan kemarahan atas pembalikan kebijakan luar negeri AS oleh Trump, yakni kebijakan tentang status Jerusalem yang dijaga dengan hati-hati selama hampir 70 tahun.
Tentara Israel menembak mati seorang pria Palestina di dekat perbatasan Gaza dan kematian itu merupakan yang pertama dalam dua hari kerusuhan menentang langkah Trump.
Tentara Israel menembak mati seorang pria Palestina di dekat perbatasan Gaza dan kematian itu merupakan yang pertama dalam dua hari kerusuhan menentang langkah Trump.
Tentara Israel mengatakan, ratusan warga Palestina menggelindingkan ban-ban yang terbakar dan melemparkan batu ke arah para tentara yang berjaga di seberang perbatasan.
”Selama kerusuhan itu, para tentara Israel menembak secara selektif terhadap dua provokatornya dan menyerang target-target tertentu,” katanya.
Lebih dari 80 warga Palestina terluka dalam bentrokan di Tepi Barat yang diokupasi dan Gaza akibat peluru tajam dan peluru karet, ujar petugas layanan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina.
Jumlah korban yang terluka itu hampir tiga kali lipat dari jumlah korban yang terluka dalam bentrokan di wilayah itu pada Kamis (7/12), yang sebanyak 31 orang.
Selain karena menderita luka-luka akibat tembakan peluru karet, para korban juga terkena serangan gas air mata yang disemprotkan petugas keamanan Israel.
Seusai shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa di Jerusalem, jemaah bergerak menuju gerbang-gerbang Kota Tua. Mereka berteriak, ”Jerusalem milik kami, Jerusalem ibu kota kami.”
Ada pula yang berteriak, ’Kami tidak butuh kata-kata kosong, kami membutuhkan batu dan (senjata laras panjang) Kalashnikov’.
Ada pula yang berteriak, ”Kami tidak butuh kata-kata kosong, kami membutuhkan batu dan (senjata laras panjang) Kalashnikov.” Beberapa kali terjadi bentrokan fisik antara para demonstran dan polisi.
Di Hebron, Bethlehem, dan Nablus, puluhan warga Palestina juga melemparkan batu ke tentara Israel yang membalasnya dengan melepaskan tembakan gas air mata.
Di wilayah Gaza yang dikuasai kelompok Islam Hamas, terjadi juga demonstrasi besar dan beberapa kali terjadi bentrokan fisik warga dan aparat keamanan.
Hamas telah menyerukan intifada baru Palestina seperti yang dilakukan pada 1987-1993 dan 2000-2005 yang menyebabkan ribuan warga Palestina dan Israel tewas.
”Siapa pun yang memindahkan kedutaannya ke Jerusalem yang diduduki akan menjadi musuh rakyat Palestina dan target faksi-faksi Palestina,” ujar pemimpin Hamas, Fathy Hammad.
Siapa pun yang memindahkan kedutaannya ke Jerusalem yang diduduki akan menjadi musuh rakyat Palestina dan target faksi-faksi Palestina.
Para demonstran di Gaza pun membakar poster-poster Trump. Mereka juga mengotori atau merobek gambar-gambar wajah Trump dan membakar bendera AS.
”Kami menyatakan sebuah intifada baru sampai dengan pembebasan Jerusalem dan seluruh wilayah Palestina,” lanjut Hammad mengancam AS dan Trump.
Pengumuman Trump pada Rabu siang atau Kamis (7/12) dini hari WIB di Gedung Putih, AS, telah memicu kemarahan luas dunia Arab dan juga membuat sekutu-sekutu AS di Barat ikut marah.
Jerusalem sebenarnya telah menjadi salah satu hambatan terbesar dalam proses perundingan damai antara Israel dan Palestina selama beberapa generasi. Kini Trump memperdalamnya.
Jerusalem sebenarnya telah menjadi salah satu hambatan terbesar dalam proses perundingan damai antara Israel dan Palestina selama beberapa generasi. Kini Trump memperdalamnya.
Israel menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibu kotanya. Rakyat Palestina menginginkan bagian timur kota itu sebagai ibu kota masa depan Paletina yang sedang diperjuangkan.
Sebagian besar negara di dunia menyadari Jerusalem Timur, yang dianeksasi Israel setelah Perang Timur Tengah 1967, adalah tempat suci bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen.
Selama hampir tujuh dekade, Washington, seperti sebagian besar masyarakat internasional lainnya, menahan diri untuk tidak mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Namun, Trump merobohkan bangunan diplomasi damai AS tersebut.
Selama hampir tujuh dekade, Washington, seperti sebagian besar masyarakat internasional lainnya, menahan diri untuk tidak mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Namun, Trump merobohkan bangunan diplomasi damai AS tersebut.
Umumnya negara-negara maklum bahwa status Jerusalem harus ditentukan sebagai bagian dari proses perdamaian Palestina-Israel. Tidak ada negara lain yang memiliki kedutaan besarnya di sana.
Pemerintahan Trump berpendapat, proses perdamaian telah menjadi hampir mati dan kebijakan untuk tidak mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel adalah keliru, ketinggalan zaman, dan harus dikesampingkan agar Israel-Palestina bisa membuat kemajuan.
Pemerintahan Trump berpendapat, proses perdamaian telah menjadi hampir mati dan kebijakan untuk tidak mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel adalah keliru, ketinggalan zaman, dan harus dikesampingkan agar Israel-Palestina bisa membuat kemajuan.
Aksi protes untuk menyatakan solidaritas kepada warga Palestina terjadi di dunia Arab, Persia, atau Timur Tengah, serta Asia Selatan hingga Indonesia dan Malaysia. (AFP/AP/REUTERS)