Hasil Identifikasi Forensik RSCM, 3 Korban Terpapar Jelaga
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sebanyak tiga korban meninggal kebakaran di Kementerian Perhubungan sudah diidentifikasi oleh tim forensik Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada Minggu (8/7/2018) pagi. Hasil identifikasi menunjukkan, ketiga korban terpapar jelaga atau asap hitam hasil pembakaran tidak sempurna.
Dokter Penanggungjawab Pelayanan Forensik FKUI RSCM, Tjetjep Dwidja Siswaja, mengatakan, identitas korban sudah diketahui. "Korban atas nama Muhammad Ridwan Ernaldi (29), warga Pondok Gede, Bekasi, sudah dibawa keluarga sekitar pukul 10.00. Korban lain, atas nama Santoso umur sekitar 40 tahun dan Khoirul umur sekitar 35 tahun," kata Tjetjep.
Tjetjep mengatakan, identifikasi identitas korban dikumpulkan dari keterangan saksi. Ada tiga saksi yang dimintai keterangan oleh tim forensik, yakni Ansori, Nur Afif, dan Agus. Ansori merupakan rekan korban Santoso dan Khoirul. Nur Afif merupakan sepupu korban Santoso, sedangkan Agus merupakan rekan kerja Khoirul.
Pemeriksaan korban dilakukan pukul 08.00-09.00 oleh tim forensik FKUI RSCM. Tjetjep mengatakan, hasil pemeriksaan luar tidak ada luka bakar dan luka lain yang berarti. Saat dibawa ke kamar jenazah RSCM, tubuh korban meninggal hampir sepenuhnya hitam.
Hal tersebut, menurut Tjetjep, disinyalir karena tubuh korban terpapar asap dari hasil kebakaran di Kementerian Perhubungan. Diperkirakan korban terkepung asap yang mengandung zat karbonmonoksida di dalam ruangan.
"Dalam kadar tertentu, apalagi dalam jumlah banyak, jika dihirup manusia berbahaya," kata Tjetjep.
Ia mengatakan, zat karbonmonoksida memiliki sifat afinitas atau daya ikat yang tinggi terhadap haemoglobin. Secara ilmiah, Tjetjep menjelaskan, ketika banyak jelaga yang mengandung karbonmonoksida masuk ke dalam tubuh manusia, zat tersebut akan menempel ke haemoglobin.
Hal tersebut mengakibatkan haemoglobin tidak bisa menempel ke oksigen untuk disirkulasikan ke seluruh tubuh. Akibatnya, manusia kekurangan oksigen dan bisa berakibat meninggal dunia jika tidak sesegera mungkin menghirup udara bebas.
Keluarga Korban
Sepupu korban Santoso, Misbah (22), langsung menangis histeris ketika membuka kain putih yang menutup jenazah Santoso di lantai dua ruang freezer dan peti jenazah pada pukul 13.00.
Ia menelungkupkan wajahnya di samping jenazah Santoso sambil sesenggukan. Dengan bahu yang naik turun dan mata yang berair, ia menelepon salah satu anggota keluarga di Jepara tentang keadaan jenazah Santoso.
Saat ditemui Kompas, ia mengatakan saat ini pihak keluarga ingin jenazah dipulangkan ke Jepara. Sepengetahuannya, Santoso bekerja dalam proyek pembangunan gedung Kementerian Perhubungan tidak lama setelah Idul Fitri 2018.
"Mau dibawa pulang ke Jepara. Mandor sedang mengurus surat-surat kepulangan dan asuransi," kata Misbah.
Santoso meninggalkan seorang istri bernama Ummi Khulsum dan dua anaknya di Jepara. Misbah mengatakan, anak terakhirnya baru berumur sekitar enam bulan. Ia juga berharap proses pengurusan asuransi berjalan lancar sehingga keluarga yang ditinggalkan bisa mendaat santunan. (SUCIPTO)