Defisit Pasokan, DKI Mulai Beli Bawang dari Importir
Pasokan bawang putih di pasaran Jakarta masih mengalami defisit atau kurang dari kebutuhan harian. Untuk mengatasi kelangkaan, PT Food Station Tjipinang Jaya mulai membeli bawang dari importir sembari menunggu izin untuk impor.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasokan bawang putih di pasaran Jakarta masih mengalami defisit atau kurang dari kebutuhan harian. Untuk mengatasi kelangkaan, PT Food Station Tjipinang Jaya mulai membeli bawang dari importir sembari menunggu izin untuk impor.
Pasokan bawang putih dari importir mulai dikirim ke pasar Jakarta pada Selasa (7/5/2019). Kedatangan pertama sebanyak 1 kontainer atau 29 ton langsung dipasok ke Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya untuk didistribusikan melalui pusat grosir Jakgrosir dan ke Pusat Koperasi Pasar untuk disalurkan kepada pedagang serta sebagian diambil untuk pasar murah.
Harga bawang itu ditetapkan Rp 30.000 per kilogram (kg) atau jauh lebih murah daripada harga pasar bawang putih di DKI Jakarta sekarang, yaitu Rp 60.000-Rp 100.000 per kg.
Direktur Umum PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan, cara ini dinilai paling cepat untuk menurunkan harga bawang putih di pasaran. Saat ini sudah ada setidaknya 5 kontainer atau 145 ton yang akan didatangkan secara bertahap.
”Setiap hari akan datang, satu kontainer langsung kami bongkar dan langsung diedarkan,” katanya seusai memantau pembongkaran satu kontainer bawang putih di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga langsung mengawasi pembongkaran itu mengatakan, harga bawang putih sempat melonjak karena ada kelangkaan pasokan. Kedatangan pasokan ini memastikan ada pasokan untuk kebutuhan masyarakat. Harapannya, kebutuhan bawang untuk warga Jakarta terpenuhi sehingga harganya bisa kembali terjangkau.
Arief Prasetyo mengakui, jumlahnya masih sangat sedikit dari kebutuhan untuk selama bulan puasa dan Lebaran tahun ini. Oleh sebab itu, izin impor tetap dibutuhkan DKI untuk dapat memenuhi kebutuhan bawang putih.
Memasuki bulan puasa, DKI mengalami defisit kebutuhan bawang putih sebanyak 2.930 ton untuk kebutuhan selama bulan puasa dan Lebaran. Pada awal masa puasa yang lalu tinggal ada 40 ton stok bawang putih untuk pasaran Jakarta.
Di tengah defisit pasokan itu, PT Food Station Tjipinang Jaya belum juga memperoleh rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian. Pengajuan untuk memperoleh rekomendasi itu sudah diajukan sejak sebelum bulan puasa. Pengajuan tersebut untuk impor 20.000 ton bawang putih. RIPH dibutuhkan untuk memperoleh izin impor dari Kementerian Perdagangan.
Untuk mempercepat turunnya rekomendasi impor, kata Arief Prasetyo, Gubernur DKI Jakarta sudah langsung menelepon Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Direktur Umum Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya, Arief Nasruddin, mengatakan, dari pembelian bawang importir itu, Pasar Jaya memperoleh jatah 10 ton yang seluruhnya disalurkan melalui Jakgrosir.
Sementara itu, kebutuhan harian bawang putih di Pasar Induk Kramatjati sekitar 30 ton. ”Sebagian lainnya masih diperoleh dari pedagang-pedagang lain,” ujarnya.
Dengan adanya pasokan itu, harga bawang putih di Pasar Induk Kramatjati langsung turun menjadi Rp 34.000 per kg dibandingkan sehari sebelumnya sebesar Rp 48.000. Namun, sejauh ini, Pasar Jaya baru mendapat jaminan pasokan bawang putih 10 ton sehari selama lima hari ke depan.
Arief Nasruddin mengatakan, tingginya harga bawang karena belum adanya impor dapat memberi efek psikologis menaikkan harga bahan pangan lain. Akibatnya, inflasi dapat meningkat. ”Pedagang di sini bilang karena modalnya banyak habis di bawang putih sehingga menaikkan harga bahan lain untuk mengimbangi,” katanya.
Pedagang di sini bilang karena modalnya banyak habis di bawang putih sehingga menaikkan harga bahan lain untuk mengimbangi.
Pemerintah pusat diharapkan segera membuka keran impor bawang putih agar kelangkaan pasokan tak berkelanjutan. Dengan begitu, harga bahan pangan untuk masa puasa dan Lebaran ini tetap terkendali.