Pemerintah memacu aparatur sipil negara terus berinovasi. Salah satunya dengan menggelar Anugerah ASN yang diikuti oleh aparatur seluruh Indonesia.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah memacu aparatur sipil negara atau ASN untuk terus berinovasi. Ajang Anugerah ASN menjadi momentum menumbuhkan iklim berinovasi di kalangan ASN. Upaya itu didukung dengan rencana Presiden Joko Widodo memangkas jumlah eselon.
Upaya untuk mendorong tumbuhnya inovasi itu dilakukan dengan menggelar acara Anugerah ASN kali ini memasuki tahun kedua dengan peserta sebanyak 1.051 orang. Jumlah ini jauh lebih banyak dari tahun lalu yang berjumlah 585 peserta. Anugerah ASN terdiri dari ASN inspiratif (semua ASN), Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Pratama Teladan (pejabat eselon II), dan The Future Leader (ASN dengan usia maksimal 38 tahun).
Anugerah ini menjadi ajang untuk dapat menciptakan budaya kerja yang kompetitif di instansi pemerintah. Sehingga ASN terpacu untuk berinovasi dan meningkatkan dirinya agar menjadi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul.
“Presiden Jokowi selalu mengatakan ASN harus mempunyai inovasi. Itulah yang kami tuntut. Kami cari role model dalam ajang ini untuk menginspirasi ASN lainnya agar terus berinovasi,” ujar Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) Setiawan Wangsaatmaja, Senin (4/11/2019), di Jakarta.
Anugerah ini juga sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada para aparatur yang membuat inovasi pelayanan publik. Para peserta akan tercatat dalam database manajemen talenta nasional. Dengan ajang ini, pemerintah bisa mendapatkan data ASN dengan talenta-talenta terbaik. Bila diperlukan, pemerintah bisa dengan mudah mencari aparatur yang memiliki potensi atau keahlian di bidang tertentu.
“Di samping dituntut untuk terus berinovasi, mereka harus tetap menerapkan nilai-nilai dasar ASN, yaitu pengabdian, pengorbanan, dan loyalitas,” kata Setiawan.
Untuk mendapatkan nominator terbaik, setiap peserta mengikuti beberapa tahap seleksi. Tahapan tersebut meliputi seleksi administrasi, penilaian portofolio, presentasi, dan wawancara, lalu penilaian rekam jejak dan integritas.
Ketua Dewan Juri Anugerah ASN Helmi Yahya terkesima. Selama ini, kata dia, banyak anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa ASN hanya menjalankan tugas rutin semata. “Tapi, ternyata di samping menjalankan tugas rutin, mereka menjalankan tugas lain. Ada yang membuat kerja lain yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Helmi.
Guru Besar Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Eko Prasojo berpendapat, birokrasi yang kapabel harus memiliki kemampuan berpikir ke depan dalam jangka panjang. Selain itu, birokrasi mesti selalu membuat berbagai inovasi dan perubahan, serta membandingkan berbagai kemajuan yang dicapai negara lain atau pihak swasta.
Dengan kondisi saat birokrasi sangat hierarkis dan berbasis peraturan perundang-undangan (rule based bureaucracy), para aparatur sipil negara (ASN) sulit berinovasi. Selain terikat dengan berbagai struktur yang ada, para pegawai ASN juga harus melaksanakan berbagai peraturan yang sangat kaku.
“Rencana pemerintah untuk memangkas berbagai peraturan perundang-undangan dan menggantikannya dengan omnibus law sejalan dengan keinginan untuk menciptakan birokrasi yang inovatif,” kata Eko.
Anugerah ini bisa menjadi salah satu cara mendorong daerah untuk berinisiatif berinovasi. Banyak inovasi pelayanan publik yang dicetuskan pemerintah daerah, hanya saja belum banyak yang terpantau oleh pemerintah pusat. “Inovasi-inovasi itu bermanfaat untuk mengisi jurang antara kompetensi yang diperlukan dan dimiliki ASN. Itu ada efeknya terhadap upaya mewujudkan ASN unggul,” ucap Ketua Komisi Aparatur Negara periode 2014-2019 Sofian Effendi.
Sofian menjelaskan, inovasi berperan meningkatkan mutu pelayanan publik. Selain itu, mutu SDM ASN juga akan terkerek. Kedua faktor itu turut andil dalam meningkatkan Indeks Efektivitas Pemerintahan (Government Effectiveness Index/GEI).
Sejak 2016 hingga 2017 GEI Indonesia meningkat dari 121 menjadi 98. jika Indonesia dapat mempertahankan keadaan ini, pada tahun 2022 Indonesia dapat tergabung dalam BRIC atau negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Kenaikan pangkat
Menurut Setiawan, pemenang untuk masing-masing kategori akan mendapatkan piala dan sertifikat. Selain itu, pemenang juga dipertimbangkan untuk mendapat kenaikan pangkat istimewa.
Beberapa nominator mempresentasikan inovasi-inovasi karyanya. Kepala Urusan Kesehatan Kepolisian Resor Brebes Nani Yulia memaparkan inovasi motor ambulan bagi pasien yang membutuhkan pertolongan. Saat ini Polres Brebes memiliki enam unit motor ambulan.
Ide tersebut muncul setelah adanya tragedi kemacetan panjang di pintu tol Brebes pada 2016 silam. Kala itu sejumlah pengguna tol yang meninggal dunia akibat kelelahan dan kekurangan cairan. Mobil ambulan dinilai kurang lincah dalam memberikan pertolongan di tengah kemacetan.
Selain Nani, ada pula Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua Antonius Oktavian yang merancang program Rumah Sobat bagi penderita kusta. Program tersebut dia inisiasi sejak 2015. Antonius prihatin dengan kecenderungan penyakit kusta di Papua yang mulai merambah anak-anak.
Penderita kusta bisa datang ke Rumah Sobat setiap sebulan sekali. Di sana mereka diajari keterampilan dan diberikan obat-obatan serta makanan bergizi. Menurut Antonius, pasien kebanyakan merupakan anak nelayan dan pedagang di Jayapura, Papua. “Penyakit kusta belum begitu diperhatikan seperti malaria dan HIV/AIDS,” kata Antonius.