Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya merugikan petani tetapi juga nelayan di sungai-sungai sekitar Kalimantan Tengah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS – Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya merugikan petani tetapi juga nelayan di sungai-sungai sekitar Kalimantan Tengah. Di Kabupaten Pulang Pisau, banyak tumbuhan liar yang menjadi tempat ikan berkumpul dan bertelur terbakar.
Kebakaran juga terjadi di sungai, tepatnya di sekitar anak Sungai Sebangau dan kanal kanal yang menjadi lahan pencaharian nelayan di Kabupaten Pulang Pisau. Meskipun tidak separah kebakaran di darat, namun kerugian besar dirasakan nelayan.
Surianto (58), salah satu Ketua Kelompok Nelayan Sebangau Permai, Kecamatan Sebangau Kuala, Kabupaten Pulang Pisau, mengungkapkan, pada bulan Agustus hingga Oktober lalu kebakaran melahap rasau-rasau atau juga kelakai yang tumbuh dari pinggir sungai hingga ke tengah sungai.
“Saat terbakar, ikannya pergi lebih jauh lagi. Kalaupun tetap memasang bubu (perangkap ikan) di lokasi terbakar, hasilnya gak seberapa,” ungkap Surianto, di Pulang Pisau, Minggu (10/11/2019).
Surianto mengungkapkan, kejadian itu hampir serupa dengan kejadian tahun 2015. Pada bencana saat itu, ikan di sungai menghilang dan sangat sulit mencari karena banyak tumbuhan liar hangus terbakar.
“Dampaknya langsung dirasakan saat ini dan empat hingga enam bulan berikutnya, karena mereka kan bertelur di sana jadi enam bulan lebih baru terasa dampaknya,” ungkap Surianto.
Hal serupa juga dirasakan Bara (22) nelayan asal Desa Sampang Purun, Kabupaten Pulang Pisau. Dirinya dan anggota kelompok nelayan lainnya di desa itu pun mau tak mau membantu memadamkan api di tengah sungai atau di pinggiran sungai.
“Kami tak disuruh pun pasti dipadamkan, kalau gak kami juga yang rugi,” ungkap Bara.
Baik Bara maupun Surianto merupakan anggota dari dua kelompok nelayan di Kecamatan Sebangau Kuala yang menerima penghargaan dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Kalimantan Tengah. Pada Sabtu (10/11/2019) WWF Indonesia di Kalteng memberikan 12 penghargaan kepada 12 kelompok nelayan dari 12 desa di Kecamatan Sebangau Kuala karena membantu proses pemadaman.
Kami tak disuruh pun pasti dipadamkan, kalau gak kami juga yang rugi
Sebagian besar lokasi desa tersebut berada di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau (TNS). Mereka juga mencari ikan di anak-anak Sungai Sebangau maupun di kanal-kanal yang sudah berumur puluhan tahun.
“Mereka tak hanya memadamkan api yang di sekitar sungai tetapi ada juga yang membantu memadamkan api di dalam kawasan TNS,” ungkap Manajer Restorasi Hutan dan Pengelolaan Gambut WWF Indonesia Okta Simon.
Okta menyampaikan, selain memberikan penghargaan, pada Sabtu-Minggu, pihaknya membantu memberikan pengobatan gratis dan pemberian obat juga suplemen makanan gratis ke masyarakat. Mereka juga melakukan evaluasi penanganan kebakaran hutan dan lahan melibatkan pemerintah daerah juga aparat keamanan.
“Evaluasi ini lebih mengutamakan ide dan gagasan yang datang dari masyarakat kami hanya memfasilitasi saja, jadi mereka ke depan maunya bagaimana supaya sama-sama berjuang mencegah kebakaran,” ungkap Okta.
Dari data yang dihimpun Kompas, kebakaran di sepanjang Sungai Sebangau mencapai 68 titik pada bulan Oktober saja. Namun, secara keseluruhan di Kabupaten Pulang Pisau terdapat 420 kejadian kebakaran lahan dengan total 5.622 titik dan luas kebakaran mencapai 1.623 hektar.
Dari hasil evaluasi, pihaknya akan kembali membentuk tim komunikasi di desa-desa dengan anggota dari kelompok nelayan yang menjadi penunjuk jalan warga lainnya. Tim komunikasi itu memiliki fungsi koordinasi.
Camat Sebangau Kuala Herman Wibowo mengungkapkan, pencegahan kebakaran lahan harus berbasis pada masyarakat. Pencegahan lewat ekonomi juga merupakan salah satu cara agar kebakaran tidak terulang lagi.
“Selain koordinasi, ekonomi juga jadi salah satu cara. Di kecamatan ini potensinya banyak sekali dari mulai pengelolaan lahan tanpa bakar, madu, karet, dan lain sebagainya,” ungkap Herman.
Sementara itu, titik panas di Kalteng kembali bermunculan. Pada Sabtu (9/11/2019) titik panas dengan tingkat kepercayaan mencapai 60 persen sampai 80 persen mencapai 118 titik, kemudian meningkat pada Minggu pagi hingga sore mencapai 348 titik yang didominasi Kabupaten Pulang Pisau dan Seruyan.