Polisi menggeledah sebuah gubuk tambak di Kelurahan Canang Kering, Kecamatan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (15/11/2019).
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Polisi menggeledah sebuah gubuk tambak di Kelurahan Canang Kering, Kecamatan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (15/11/2019). Dua orang yang diduga memiliki kaitan dengan pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Medan diperiksa sebagai saksi.
Kedua pemuda yang diperiksa itu adalah Aris (28) dan Fadli (23). Satu lagi, Andri (25), melarikan diri. Mereka bertiga adalah kakak beradik.
Lokasi gubuk tambak itu jauh dari pemukiman warga dan terlindung dalam rerimbunan pohon. Di tempat itu, ketiga kakak beradik tersebut diketahui warga sering membawa beberapa orang asing dari sore hingga pagi hari.
"Kalau mereka ke gubuk, kami anggap mereka jaga (tambak) kepiting," kata Tohir (74). Rumah Tohir paling dekat dengan lokasi gubuk tambak yang digeledah. Jaraknya sekitar 200 meter. Namun, gubuk itu tidak terlihat dari rumah Tohir karena tertutup pepohonan.
Menurut Tohir, ketiga orang itu memang diketahui warga bekerja sebagai petambak. Berangkat ke gubuk pada sore dan pulang pada pagi sudah menjadi rutinitas harian mereka untuk menjaga tambak.
"Biasanya mereka bertiga saja, tetapi sebulan belakangan ada beberapa orang asing yang sering ikut jaga tambak di gubuk," ujar Tohir.
Menurut Tohir, tiga bersaudara itu dikenal pendiam dan rajin beribadah. Sebelumnya, mereka semua tidak pernah terlibat masalah dengan warga setempat.
Ayah tiga bersaudara tersebut, Rudi Suharto (52), mengatakan, dua anaknya menyerahkan diri secara sukarela. Ia membawa Aris dan Fadli ke rumah kepala lingkungan setempat untuk diperiksa polisi.
Rudi mendapat kabar tiga anaknya memiliki kaitan dengan pelaku bom bunuh diri dari kepala lingkungan setempat, Kamis (14/11). Sore itu, ia langsung menjemput Aris dan Fadli yang tengah menjaga tambak kepiting mereka. Setelah itu, keduanya dibawa polisi untuk diperiksa lebih lanjut.
Menurut Rudi, kedua anaknya itu memang pernah bertemu dengan pelaku bom di Poltabes Medan, RMN, tetapi tidak mengenal secara dekat. Kedua anaknya mengaku bahwa sebelumnya tidak tahu nama RMN.
Meskipun begitu, seingat Rudi, pelaku RMN pernah datang sekali ke rumah dan sekali ke gubuk di tambak. Namun, ia mengatakan sama sekali tidak pernah berbicara dengan RMN.
"Tiga anak saya mulai aktif ikut pengajian di Belawan kira-kira sejak setahun lalu. Yang pertama ikut Fadli. Kata anak-anak, RMN orang baru di kelompok pengajian itu," ujar Rudi.
Sementara itu, Andri sudah meninggalkan rumah sejak pertama kali melihat berita bom bunuh diri di televisi, Rabu (13/11). Sebelum pergi, ia sempat mengunjungi gubuk. Namun, orangtuanya tidak mengetahui barang apa saja yang dibawa.
Hingga Jumat (15/11) polisi sudah memeriksa 14 orang saksi, termasuk di antaranya istri pelaku, kakak, orangtua, mertua, dan sejumlah tetangga pelaku.
Korban luka
Hingga saat ini, enam korban luka akibat bom terduga bunuh diri di Mapoltabes Medan, masih dirawat di RS Bhayangkara Sumut. Penjagaan di RS diperketat, semua yang akan masuk diperiksa petugas. Wartawan juga tidak diizinkan menemui korban luka.
Wakil Kepala Polda Sumut Brigadir Jenderal (Pol) Mardiaz Kusin, Kamis (14/11), mengatakan, para korban dalam kondisi baik. Saat ini mereka dalam masa pemulihan setelah pada Rabu (13/11) menjalani operasi ringan.
Hari ini sejumlah kerabat terlihat mulai menjenguk para korban di RS Bhayangkara. Salah satu korban, Brigadir Kepala Juli Chandra sudah dapat berkomunikasi lancar dengan keluarga.
Meskipun begitu, istri korban mengatakan, kondisi Juli masih lemah dan belum bersedia diwawancarai wartawan. "Besok saja ya, sekarang belum boleh ngobrol dulu," ujarnya.