Bongkar Auktor Intelektualis di Balik Penyerangan Novel
Langkah kepolisian menangkap dua pelaku penyerangan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan, dinilai belum cukup. Polisi didesak mengungkap auktor intelektualis karena motif dendam pribadi diragukan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Langkah kepolisian menangkap dua pelaku penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, dinilai belum cukup. Kepolisian didesak mengungkap auktor intelektualisnya karena penyerangan tersebut dinilai tidak hanya didasari dendam pribadi.
”Harus dibongkar siapa auktor intelektualis di balik kasus teror terhadap Novel,” kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas, di sela-sela diskusi di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Senin (30/12/2019).
Seperti diketahui, beberapa hari lalu, kepolisian telah menangkap dua pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Kedua pelaku berinisial RM dan RB itu diketahui anggota Polri aktif. Berdasarkan penyidikan kepolisian, keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka.
Pada Sabtu (28/12/2019), saat dua tersangka dipindahkan dari ruang tahanan Kepolisian Daerah Metro Jaya ke ruang tahanan Bareskrim Polri, RB sempat berteriak mengatakan Novel adalah pengkhianat dan dirinya tak menyukainya. Akan tetapi, kepolisian belum bersedia menyampaikan temuan sementara terkait motif pelaku.
Busyro mengatakan, penyiraman air keras terhadap Novel pada 11 April 2017 itu bukanlah upaya penyerangan pertama terhadap Novel. Selain itu, beberapa unsur pimpinan dan penyidik KPK juga pernah mengalami penyerangan atau teror.
”Sepanjang saya empat tahun di KPK, upaya pembunuhan atau penganiayaan terhadap Novel itu sudah terjadi enam sampai tujuh kali,” kata Busyro yang pernah menjabat sebagai unsur pimpinan KPK.
Bahkan, Busyro menyebut, seorang penyidik KPK yang memiliki wajah mirip dengan Novel juga pernah menjadi korban penyerangan. Dalam kejadian itu, menurut dia, sang penyerang kemungkinan menyasar Novel, tetapi justru salah menyerang penyidik lain.
Berdasarkan berbagai kejadian itu, Busyro menilai, penyerangan terhadap Novel tidak didasari oleh dendam pribadi. Dia menduga, penyerangan tersebut memiliki kaitan dengan kasus yang sedang ditangani KPK. Oleh karena itu, kepolisian mesti membongkar dalang atau auktor intelektualis penyerangan terhadap Novel.
”Dari kasus-kasus itu, penyerangan terhadap Novel berkaitan dengan peran Novel dalam pembongkaran kasus-kasus besar di KPK. Sama sekali tidak logis kalau penyerangan ini karena sentimen pribadi,” ujar Busyro.
Busyro mengingatkan, saat ini masyarakat sudah melek hukum dan politik. Oleh karena itu, masyarakat pasti menyadari jika ada kejanggalan dalam pengusutan kasus penyerangan Novel. ”Masyarakat sudah cukup melek. Jadi, jangan sampai ada kesan masyarakat dianggap dungu terkait kasus ini,” tuturnya.
Dalam kesempatan terpisah, peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Zaenurrohman, juga menilai, tidak logis jika penyerangan terhadap Novel hanya didasari ketidaksukaan atau dendam pribadi. Hal ini karena kedua pelaku tidak mengenal Novel secara pribadi dan tak punya masalah personal dengan Novel.
”Dari ratusan ribu polisi, kenapa dua polisi ini yang melakukan penyerangan. Padahal, dua orang ini tidak punya riwayat bersinggungan dengan Novel sama sekali. Jadi, tidak ada kaitan personal Novel dengan kedua tersangka ini,” ujar Zaenurrohman.
Oleh karena itu, menurut dia, masyarakat masih menunggu upaya polisi mengungkap motif penyerangan terhadap Novel yang sesungguhnya. Selain itu, polisi juga mesti mengungkap kemungkinan pihak lain yang terlibat dalam penyerangan tersebut.
”Kasus ini akan menjadi ujian bagi Polri untuk melakukan penanganan perkara secara profesional,” kata Zaenurrohman.
Dengan kondisi itu, Zaenurrohman meminta Presiden Joko Widodo membentuk tim pengawas independen terkait kasus Novel. Keberadaan tim tersebut diharapkan bisa memastikan pengungkapan kasus Novel berlangsung transparan. ”Presiden perlu membentuk tim untuk melakukan pengawasan dan memastikan kasus ini selesai dengan tuntas,” ujarnya.