Hillary Beri Dukungan, Biden Makin Yakin Menuju Kursi Presiden
Dukungan Hillary Clinton menunjukkan Demokrat lebih bersatu dalam pemilu kali ini. Dukungan Hillary dan sejumlah perempuan politisi AS bisa menguntungkan Biden pada pemilu nanti.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON DC, RABU — Bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Demokrat, Joe Biden, terus mengamankan dukungan dari berbagai latar pemilih menuju kursi presiden.
Sokongan terbaru didapatnya dari Menteri Luar Negeri AS 2009-2013 dan calon Presiden AS 2016, Hillary Clinton.
Hillary mengumumkan dukungan untuk Biden, satu-satunya yang tersisa dari 313 politisi yang memperebutkan dukungan dari Partai Demokrat, Selasa (28/4/2020) malam waktu Washington DC atau Rabu pagi WIB.
”Saya senang menjadi bagian kampanye, tidak hanya mendukung, tetapi juga menyoroti sejumlah masalah yang dipertaruhkan dalam pemilihan presiden,” kata Hillary.
Sebelum Hillary, dukungan untuk Biden datang dari Presiden AS 2009-2017, Barack Obama; Ketua DPR AS Nancy Pelosi; dan sejumlah politisi aktif Demokrat di DPR dan Senat AS yang lebih dulu menyokong Biden.
Dukungan Hillary, perempuan pertama yang dipilih Demokrat menjadi capres AS 2016, menunjukkan partai tersebut lebih bersatu dalam pemilu kali ini.
Pada pemilu 2016, sebagian pemilih Demokrat menolak menyokong Clinton. Sebagian pihak menuding hal itu dipicu keputusan Bernie Sanders menunda pernyataan dukungan kepada Clinton. Kini, Sanders mendahului Obama, Pelosi, dan Clinton dalam soal dukungan kepada Biden.
Dukungan Clinton dan sejumlah perempuan politisi AS bisa menguntungkan Biden pada pemilu nanti. Pada pemilu 2016, total suara (popular vote) Clinton lebih banyak dari Donald Trump.
Walakin, sistem pemilu AS menuntut persebaran suara untuk memperebutkan wakil yang berhak menentukan capres terpilih. Sistem itu dikenal sebagai electoral vote.
Sementara Pelosi sukses membawa Demokrat memenangi pemilu sela 2018. Di bawah Pelosi, Demokrat bisa menambah jumlah kursi di DPR dan menjadi mayoritas di Kongres ataupun DPR AS.
Clinton dan Pelosi sama-sama mendapatkan dukungan luas dari perempuan AS. Sejumlah perempuan politisi, seperti Kamala Harris, Elizabeth Warren, Amy Klobuchar, dan Stacey Abrams, juga menyokong Biden secara terbuka.
Biden juga telah mengumumkan sedang mempertimbangkan perempuan sebagai wakilnya. Pengumuman dukungan Clinton menambah spekulasi walau mantan Menteri Luar Negeri AS itu pernah mengumumkan tidak akan ikut pemilu lagi.
Sebaliknya, Abrams semakin aktif di pentas politik nasional AS. Mantan jaksa dan anggota DPRD Georgia itu disebut-sebut sebagai salah satu politisi yang dipertimbangkan sebagai wakil Biden.
”Sebagai perempuan muda berkulit hitam, saya belajar jika tidak mengangkat tangan, Anda tidak akan dilihat orang. Bukan tentang perhatian agar menjadi wakil (presiden), ini tentang memastikan kualifikasi saya tidak dipertanyakan karena mereka bukan hanya membahas tentang saya, mereka membahas tentang perempuan muda berkulit hitam, perempuan muda berkulit berwarna, yang bertanya-tanya apakah mereka (perempuan muda kulit hitam dan kulit berwarna) juga terlihat,” kata Abrams kepada CNN.
Kendala utama perempuan kulit hitam berusia 45 tahun itu adalah tidak punya pengalaman di pentas nasional. Ia kalah dalam pemilihan gubernur Georgia 2018. Kala itu, ia melawan Sekretaris Negara Bagian Georgia Brian Kemp yang berwenang mengawasi pemilu.
Sampai sekarang, yang kalah 53.000 suara dari Kemps, Abrams mempersoalkan fakta Kemp memerintahkan penghapusan ratusan ribu orang dari daftar pemilih dan menghambat pendaftaran sedikitnya 50.000 pemilih.
Dukungan Clinton datang di tengah tudingan Tara Reade kepada Biden. Reade menuduh Biden melecehkannya kala ia menjadi pegawai magang di kantor Biden pada 1993. Waktu itu, Biden menjadi senator AS dari Delaware.
Tim kampanye Biden menyangkal tuduhan itu. Senator New York, Kirsten Gillibrand, menyatakan percaya pada penolakan Biden atas tuduhan itu. (AP/REUTERS/RAZ)