Banyak Industri Kreatif Bisa Dikembangkan dari Kopi
Banyak ragam industri kreatif bernilai ekonomi bisa dikembangkan dari komoditas kopi. Untuk itu, para pelaku usaha kopi semestinya tidak lagi berkompetisi, tetapi bersinergi dan saling berkolaborasi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Banyak ragam industri kreatif bernilai ekonomi bisa dikembangkan dari komoditas kopi. Untuk itu, para pelaku usaha kopi semestinya tidak lagi berkompetisi, tetapi bersinergi dan saling berkolaborasi.
Demikian dituturkan Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Poppy Savitri dalam acara lokakarya ”Racik Kopi” di Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (24/7/2019).
Poppy mencontohkan, jika sejumlah pelaku usaha kopi mengolah dan menjual kopi dalam bentuk bubuk atau kopi siap minum, pelaku usaha lain bisa mengolah biji kopi yang tidak terpakai. Biji kopi berkualitas buruk bisa diolah menjadi pewarna untuk batik ataupun pengharum ruangan.
Pelaku lain juga bisa mengolah ampas kopi menjadi masker wajah ataupun mengolah bubuk kopi menjadi campuran bahan untuk roti kering atau basah. Tidak melulu membuat produk dengan memakai kopi sebagai bahan baku, kreasi juga bisa dikembangkan dengan membuat kaus, gelas, atau tatakan gelas dengan tulisan cerita tentang kopi lokal suatu daerah.
”Cerita-cerita tentang kopi lokal dalam satu produk nantinya juga akan semakin menguatkan identitas lokal dari daerah tersebut,” ujarnya.
Para pelaku usaha yang menjual kopi sebagai minuman, menurut Poppy, juga harus kreatif memberikan nilai tambah produknya. Misalnya, dengan menjual minuman kopi yang diproses dengan teknik tradisional, seperti kopi yang dicampur arang atau disebut dengan kopi jos di Yogyakarta. Tata cara memproses dan menyajikan kopi bisa menjadi tontonan tersendiri bagi pelanggan.
Usaha kopi, menurut dia, juga bisa diterjuni siapa saja di daerah yang bukan penghasil kopi sekalipun. Di sejumlah daerah, ada pelaku usaha yang membuka kafe di tengah perkebunan kopinya sehingga berjalan-jalan di kebun kopi menjadi obyek wisata tersendiri. Namun, masyarakat di perkotaan juga tidak perlu merasa rendah diri karena masih bisa mengolah dan menjual kopi produksi daerah lain.
Hal tersebut, antara lain, juga dilakukan pelaku usaha kopi di Kota Magelang. Asisten III Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Magelang Isa Ashari mengatakan, di Magelang saat ini banyak bermunculan pengusaha kopi yang memproduksi kopi bubuk dengan memakai bahan baku biji kopi dari sejumlah daerah, seperti Kabupaten Semarang dan Temanggung. Mereka mengembangkan kafe dengan memakai bahan baku dari luar daerah.
Ketiadaan areal perkebunan, menurut Isa, diharapkan tidak menjadi kendala mengembangkan usaha kopi. ”Kita tetap harus kreatif memproduksi sesuatu menggunakan bahan meski bukan bahan lokal Magelang,” ujarnya.
Pelatihan ”Racik Kopi” melatih para peserta untuk menjadi barista dengan mempelajari 12 kompetensi kemampuan. Tidak sekadar menarik minat para pelaku usaha kopi, pelatihan juga diikuti mereka yang menekuni beragam bidang usaha lain.
Malta, peserta dari Yogyakarta, mengatakan, sehari-hari dirinya membuka usaha di bidang busana dan mode. Namun, dia tertarik untuk mempelajari ilmu menjadi barista karena juga berkeinginan membuka kafe.
”Ke depan, dengan mengajak teman-teman yang lain, saya ingin mengolaborasikan usaha di bidang busana ini dengan coffe shop,” ujarnya.