Wadah Sampel Tes Usap dan Pakaian ”Hazmat” di Tegal Habis
RSUD dr Soeselo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kehabisan wadah sampel usap tenggorokan. Selain itu, petugas medis juga terpaksa mengenakan jas hujan plastik karena pakaian pelindung atau ”hazmat” sudah habis.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeselo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, kehabisan viral transport medium atau wadah sampel usap tenggorokan. Selain itu, mulai Kamis (19/3/2020), petugas medis bakal menggunakan jas hujan plastik karena baju pelindung atau hazmat sudah habis.
Hingga Rabu (18/3/2020), dua pasien yang memiliki gejala mirip Covid-19 belum bisa menjalani pemeriksaan usap untuk memastikan apakah keduanya terinfeksi virus SARS-CoV-2 atau tidak. Dua pasien tersebut kini dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soeselo.
Pasien pertama adalah SP (19) yang mengeluhkan sesak napas, nyeri tenggorokan, serta demam setelah bepergian dari Kota Bekasi dan Kota Depok. Adapun pasien kedua adalah KM, bayi berusia 9 bulan dari Kecamatan Bumijawa. KM demam dan sesak napas setelah berkontak langsung dengan ayahnya yang pulang dari Jakarta, pekan lalu.
”Kami belum bisa melakukan swab tenggorok terhadap dua pasien tersebut karena kehabisan viral transport medium (VTM). Kami sudah mengajukan permintaan VTM kepada dinas kesehatan kabupaten dan provinsi, tetapi hingga saat ini belum dikirim,” kata Direktur RSUD dr Soeselo Guntur Muhammad Taqwin di Kabupaten Tegal, Rabu (18/3/2020).
VTM terakhir yang dimiliki RSUD dr Soeselo sudah digunakan dalam pemeriksaan usap terhadap TA (27), Senin. Hingga Rabu malam, hasil pemeriksaan usap terhadap awak buah kapal migran asal Kecamatan Kramat tersebut belum diketahui.
Tidak hanya kehabisan VTM, RSUD dr Soeselo juga terkendala keterbatasan alat pelindung diri berupa masker dan pakaian hazmat. Hingga Rabu malam, pakaian hazmat di RSUD dr Soeselo tinggal sembilan buah.
”Dalam sehari, kami butuh sedikitnya 12 pakaian hazmat untuk merawat pasien terduga Covid-19. Kemungkinan, mulai Kamis pagi, kami akan memakai ’hazmat’ yang dimodifikasi dari jas hujan plastik,” ujar Guntur.
Guntur menambahkan, jas hujan plastik bukanlah pakaian standar yang disarankan untuk menangani pasien Covid-19. Namun, upaya tersebut dilakukan agar petugas medis tetap terlindungi selama merawat pasien terduga Covid-19.
Secara terpisah, anggota Komisi IX (bidang kesehatan dan kesejahteraan) Dewan Perwakilan Rakyat, Dewi Aryani, menyesalkan adanya keterbatasan VTM dan alat pelindung diri di sejumlah daerah. Menurut Dewi, kondisi ini bisa menjadi momentum evaluasi bagi pemerintah agar ke depan lebih siap menghadapi penyakit yang mewabah.
”Setelah saya konfirmasi ke pemerintah pusat, ternyata APD (alat pelindung diri) terbatas karena bahan bakunya masih diimpor dari China. Harusnya ini jadi cambuk bagi pemerintah agar ke depan ada penelitian untuk melihat kemungkinan apakah ada bahan-bahan dalam negeri yang bisa dimanfaatkan untuk membuat APD. Dengan demikian, kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap negara lain saat ada situasi seperti ini,” tutur Dewi.
Tidak hanya di RSUD dr Soeselo, persediaan pakaian hazmat di beberapa rumah sakit rujukan pasien Covid-19 seperti RSUD Kardinah, Kota Tegal, dan RSUD Kraton, Kabupaten Pekalongan, juga menipis. Pemerintah Kota Tegal dan Pemerintah Kabupaten Pekalongan berencana mengalokasikan sebagian anggaran tak terduga di dua wilayah tersebut untuk membeli alat pelindung diri bagi petugas medis.
Hingga Rabu malam, ada tujuh pasien dalam pengawasan yang sedang diisolasi di tiga rumah sakit di wilayah pesisir pantai utara bagian barat Jateng. Sebanyak tiga pasien di RSUD dr Soeselo, tiga pasien di RSUD Kardinah, dan satu pasien di RSUD Kraton. Lima pasien sedang menunggu hasil pemeriksaan usap.