Arab Saudi Akui Khashoggi Tewas di Konsulat di Istanbul
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
RIYADH, SABTU — Pemerintah Arab Saudi, Sabtu (20/10/2018) dini hari, mengakui bahwa wartawan senior Jamal Khashoggi tewas di dalam kantor konsulat mereka di Istanbul, Turki. Melalui pernyataan yang dirilis kantor berita Arab Saudi, SPA, Khashoggi disebutkan tewas akibat perkelahian antara dia dan orang-orang yang bertemu dengannya di konsulat.
”Penyelidikan awal yang digelar jaksa umum menunjukkan bahwa tersangka pelaku pergi ke Istanbul untuk bertemu dengan warga bernama Jamal Khashoggi mengingat ada indikasi kemungkinan Khashoggi pulang ke negaranya,” demikian pernyataan yang dirilis SPA.
”Terjadi diskusi antara Khashoggi selama berada di konsulat kerajaan di Istanbul dengan tersangka yang berjalan tidak seperti yang diharapkan dan berkembang ke arah negatif, berujung pada perkelahian baku hantam. Perkelahian ini berakibat pada kematiannya dan upaya mereka untuk menyembunyikan apa yang terjadi.”
Pernyataan itu merupakan pengakuan pertama Arab Saudi setelah lebih dari dua pekan Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul. Khashoggi, penulis kolom tetap di harian AS, The Washington Post, dan pengkritik Pangeran Mohammed, menghilang setelah memasuki konsulat tersebut, 2 Oktober, untuk mengurus dokumen terkait rencana pernikahannya dengan seorang perempuan Turki.
Ofisial Turki menyatakan keyakinan mereka bahwa Khashoggi dibunuh di dalam konsulat. Tuduhan yang dibantah keras hingga kini oleh Arab Saudi. Sebelumnya, pejabat Arab Saudi juga bersikeras bahwa Khashoggi telah meninggalkan konsulat. Selain itu, selama ini juga tidak ada indikasi atau niat Khashoggi, yang sejak tahun 2017 tinggal di Amerika Serikat, pulang ke negara asalnya di Arab Saudi.
Terkait hal itu, Arab Saudi mengatakan, pihaknya telah memecat empat pejabat senior. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud memerintahkan pemecatan beberapa pejabat, termasuk Saud al-Qahtani, penasihat kerajaan dan tangan kanan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, dan Deputi Kepala Intelijen Mayor Jenderal Ahmed bin Hassan Assiri. Assiri pernah menjabat juru bicara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dalam perang di Yaman dan menjadi salah satu orang kepercayaan Pangeran Mohammed.
Melalui Twitter, yang biasa digunakan untuk menyerang orang-orang yang dipandang menjadi musuh-musuh Arab Saudi, Qahtani berterima kasih kepada Pemerintah Arab Saudi atas ”kesempatan besar yang mereka berikan kepada saya untuk mengabdi pada negara selama bertahun-tahun”. ”Saya akan tetap menjadi pembantu yang loyal kepada negara selamanya,” tulis Qahtani.
”Penyelidikan masih berlangsung dan 18 warga Saudi telah ditangkap,” demikian isi pernyataan itu.
Pernyataan tersebut tidak mengungkapkan identitas 18 orang yang ditangkap itu. Tidak ada juga penjelasan apa dan bagaimana keterlibatan 18 orang itu dalam satu ”perkelahian baku hantam”. Begitu juga tidak ada penjelasan tentang apa yang terjadi dengan jenazah Khashoggi setelah kematiannya.
”Kerajaan mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas perkembangan yang menyakitkan yang terjadi dan menekankan komitmen otoritas di kerajaan menghadirkan fakta ke hadapan publik untuk meminta pertanggungjawaban semua yang terlibat dan membawa mereka ke pengadilan,” lanjut pernyataan Pemerintah Arab Saudi.
Hilangnya Khashoggi menyebabkan tekanan dari Barat pada Arab Saudi agar memberikan penjelasan yang meyakinkan. Sebelum ada pernyataan Arab Saudi tentang tewasnya Khashoggi, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia bisa mempertimbangkan sanksi meski ia juga terlihat tak ingin berjarak terlalu jauh dengan Arab Saudi yang dibutuhkan AS untuk menangkal pengaruh Iran di Timur Tengah dan untuk pasar penjualan senjata-senjata AS.
Melalui pernyataan, Gedung Putih mengatakan, mereka telah mengikuti pengumuman Arab Saudi. Mereka menyatakan akan terus menekan demi ”keadilan yang tepat waktu, transparan, dan sesuai dengan seluruh prosesnya”.
Sumber-sumber di Turki mengungkapkan kepada kantor berita Reuters bahwa otoritas Turki telah memiliki rekaman suara yang diakui mendokumentasikan pembunuhan Khashoggi di dalam konsulat. Koran pro-pemerintah Turki, Yeni Safak, telah mempublikasikan detail peristiwa dari rekaman itu. Disebutkan dalam laporan koran itu, para penyiksa Khashoggi memotong jari-jari Khashoggi selama interogasi. Lalu, kepala Khashoggi dipenggal dan tubuhnya dipotong.
Posisi Pangeran Mohammed
Kasus Khashoggi memaksa Raja Salman, yang sebelumnya menyerahkan urusan penyelenggaraan kerajaan pada Pangeran Mohammed, turun tangan. Kantor berita SPA mengungkapkan, Raja Salman telah memerintahkan pembentukan komite kementerian yang diketuai Pangeran Mohammed, yang biasa dikenal dengan julukan inisial MbS, untuk merestrukturisasi badan intelijen umum.
Seorang sumber yang dekat dengan penyelidikan kasus Khashoggi mengatakan, Pangeran Mohammed tidak mengetahui adanya operasi khusus yang berakibat pada tewasnya Khashoggi. ”Tidak ada perintah kepada mereka untuk membunuhnya atau bahkan secara khusus menculiknya,” kata sumber yang tidak mau disebutkan identitasnya itu.
Ia menambahkan, ada keputusan yang saat ini berlaku untuk membawa para pengkritik kerajaan pulang ke Arab Saudi. ”MbS tidak tahu operasi khusus ini dan jelas tidak memerintahkan penculikan atau pembunuhan seseorang. Dia akan sadar instruksi umum untuk meminta pada orang-orang agar pulang,” ujar pejabat tersebut sambil menambahkan bahwa lokasi tempat membuang jenazah Khashoggi belum jelas.