”Blusukan” Putri Denmark Telisik Masalah Kesehatan Reproduksi di Yogyakarta
Putri Mahkota Kerajaan Denmark, Mary Elizabeth, mengunjungi puskesmas dan kantor urusan agama di Kota Yogyakarta, Rabu (4/12/2019), untuk memantau pelaksanaan program kesehatan reproduksi di kota tersebut.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Putri Mahkota Kerajaan Denmark, Mary Elizabeth, mengunjungi puskesmas dan kantor urusan agama di Kota Yogyakarta, Rabu (4/12/2019), untuk memantau pelaksanaan program kesehatan reproduksi di kota tersebut. Dalam kunjungannya, Putri Mary mendengarkan cerita dari sejumlah pihak mengenai masalah yang menghambat program kesehatan reproduksi di Yogyakarta.
Pada Rabu pagi sekitar pukul 10.00, Putri Mary dan rombongan mengunjungi Puskesmas Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Putri Mary datang didampingi Menteri Kerja Sama Pembangunan Denmark Rasmus Prehn, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen, Direktur Eksekutif Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) Natalia Kanem, serta sejumlah pejabat lain.
Begitu tiba, Putri Mary dan rombongan langsung diajak berkeliling ke dalam puskesmas, termasuk melihat ruang laboratorium, ruang konseling remaja, serta ruang kesehatan ibu dan anak. Setelah itu, Putri Mary berdialog dengan manajemen puskesmas, tenaga kesehatan, serta sukarelawan kesehatan di wilayah Kecamatan Tegalrejo.
Dalam dialog itu, Putri Mary tak banyak berbicara dan lebih banyak mendengarkan cerita mengenai pelaksanaan program kesehatan reproduksi di Yogyakarta. Termasuk di antaranya hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program tersebut.
Di hadapan Putri Mary, Kepala Puskesmas Tegalrejo, Abdul Latief, mengatakan, masih banyak tantangan di bidang kesehatan reproduksi di Yogyakarta. Salah satu tantangan itu adalah masih tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Latief menyebut, pada 2018, ada 290 kasus kehamilan tidak diinginkan dan 175 di antaranya terjadi pada remaja.
”Jadi, 70 persen kehamilan yang tidak diinginkan itu terjadi pada remaja. Ini memang tantangan kami untuk melaksanakan program kesehatan reproduksi, khususnya untuk para remaja,” ujar Latief.
Dia menambahkan, masih tingginya angka kehamilan tidak diinginkan itu menunjukkan para remaja di Yogyakarta perlu mendapatkan edukasi dan layanan mengenai kesehatan reproduksi. Dengan edukasi dan sosialisasi yang memadai, para remaja bisa menjaga kesehatan reproduksi dengan baik.
Namun, Latief menuturkan, upaya memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja terkadang masih terhambat. Sebab, sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa remaja belum waktunya diperkenalkan mengenai masalah reproduksi.
Menurut Latief, berdasarkan pengalamannya, sejumlah sekolah di Yogyakarta masih keberatan dengan pemberikan pendidikan kesehatan reproduksi, khususnya terkait alat kontrasepsi, untuk para pelajar. ”Ada beberapa sekolah yang belum memberikan izin kepada kami untuk memberikan pendidikan atau penyuluhan mengenai alat kontrasepsi,” katanya.
Sementara itu, penyuluh program Keluarga Berencana di Tegalrejo, Triyana, mengatakan, untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan pada remaja, pemerintah telah melaksanakan sejumlah program. Salah satunya adalah program Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR) yang memberi sosialisasi dan edukasi mengenai kesehatan reproduksi untuk para remaja.
Di dalam program PIKR, pemerintah juga mendidik remaja-remaja untuk menjadi konselor sebaya. Para konselor sebaya itu bertugas memberikan konseling pada teman sebayanya yang mengalami masalah. ”Kebanyakan remaja itu malu kalau harus curhat atau menyampaikan masalah kepada orangtua sehingga mereka lebih nyaman dengan teman sebaya,” katanya.
Tempat lain
Selain berkunjung ke Puskesmas Tegalrejo, Putri Mary juga berkunjung ke Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, untuk melihat program simulasi pranikah. Putri Mary juga sempat berkunjung ke Keraton Yogyakarta untuk bertemu Sultan Hamengku Buwono X beserta keluarga. Dalam kunjungan ke tiga tempat itu, Putri Mary tidak memberikan pernyataan kepada media.
Sementara itu, pada Rabu (3/12/2019), Mary meninjau pertemuan anak muda mengenai program kesehatan reproduksi yang bernama UNALA di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam pertemuan itu, Mary menyatakan, Denmark berkomitmen untuk terus mendukung program kesehatan seksual dan reproduksi, kesetaraan jender, serta pemberdayaan anak muda.
”Denmark adalah negara yang sangat mendukung perlindungan hak asasi manusia, termasuk hak atas kesehatan seksual dan reproduksi, kesetaraan jender, dan pemberdayaan anak muda,” kata Mary yang merupakan istri dari Putra Mahkota Kerajaan Denmark, Pangeran Frederik.
Mary juga menyampaikan, anak-anak muda harus mempunyai pengetahuan yang mumpuni tentang tubuh dan kesehatan reproduksi agar mereka bisa menggapai cita-cita yang diinginkan.
”Pengetahuan tentang tubuh dan hak-hak yang kita miliki akan membantu Anda untuk meraih masa depan yang Anda inginkan. Dengan pengetahuan, kita bisa membuat keputusan yang tepat untuk diri kita sendiri,” ujarnya.
Fungsi Ekonomi dan Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Copenhagen, Denmark, Martin Suryo Madyantoro, mengatakan, kedatangan Putri Mary merupakan bagian dari rangkaian peringatan 70 tahun hubungan bilateral Indonesia-Denmark yang jatuh pada 2020.
Selain itu, kedatangan Putri Mary juga untuk melihat berbagai program UNFPA di Indonesia. Hal ini karena Denmark merupakan salah satu negara donatur terbesar UNFPA. ”Putri mahkota diundang untuk melihat proyek-proyek yang dibantu oleh UNFPA di Indonesia. Selain itu, putri mahkota juga banyak melakukan dialog dan kunjungan,” ujar Suryo.
Sementara itu, putri pertama Raja Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, mengatakan, dalam pertemuan di keraton, Putri Mary sempat membicarakan sejumlah hal terkait program kesehatan remaja.
”Salah satu yang dibicarakan adalah bagaimana perkembangan remaja sekarang dan bagaimana kita bisa memberikan pelayanan yang lebih baik untuk mereka, terutama dalam bidang kesehatan," katanya.