Rakyat Palestina ”Menang”
NEW YORK, JUMAT — Rakyat Palestina menang! Mereka bersukacita ketika mayoritas suara pada sidang darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, Kamis (12/12) waktu setempat, menolak pengakuan Presiden AS Donald Trump atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Perjuangan mereka melalui berbagai aksi demonstrasi di Jerusalem, Ramallah, Gaza, dan berbagai kota lainnya di Palestina akhirnya terjawab. Keputusan sepihak Trump akhirnya ditolak dalam sebuah pemungutan suara Majelis Umum.
Keputusan Trump yang diumumkan pada 6 Desember lalu bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel dinyatakan ”batal demi hukum” (null and void). Dengan demikian, posisi Jerusalem akan kembali ke status quo.
Warga Jerusalem Timur, Ramallah, dan Jalur Gaza yang menyaksikan tayangan di televisi proses Sidang Umum Majelis Umum PBB bersukacita saat menyaksikan mayoritas anggota majelis menyetujui rancangan resolusi yang menolak pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Di New York, para diplomat yang mendukung Palestina juga meluapkan kegembiraan mereka atas kemenangan perjuangan mereka setelah AS memveto rancangan resolusi itu di Dewan Keamanan PBB, beberapa hari lalu.
Riyad Mansour, Duta Besar Palestina untuk PBB, menggambarkan langkah Majelis Umum PBB itu sebagai ”kemunduran besar-besaran” bagi Trump dan AS.
Mansour menyebut hasil pemungutan suara Majelis Umum itu sebagai kemenangan tidak hanya bagi rakyat Palestina, tetapi juga untuk PBB dan hukum internasional.
Hanya tujuh negara
Mansour juga mengatakan, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley ”gagal total” dalam meyakinkan karena hanya tujuh negara—di luar AS dan Israel—yang menentang resolusi tersebut.
Penolakan oleh mayoritas anggota majelis itu terlihat dari hasil voting resolusi tentang status Jerusalem di Markas PBB di New York, Kamis (21/12). Penolakan itu membuat AS dan Israel terpukul.
Dari 193 negara anggota majelis, 128 negara menyatakan penolakan terhadap keputusan unilateral Trump. Ada 9 negara menolak, 35 negara abstain, dan 21 negara tidak hadir.
Dari 193 negara anggota majelis, 128 negara menyatakan penolakan terhadap keputusan unilateral Trump. Ada 9 negara menolak, 35 negara abstain, dan 21 negara tidak hadir. Dengan demikian, ada 65 negara yang menolak, tidak hadir, dan abstain.
”Seratus dua puluh delapan berbanding sembilan adalah kemunduran besar bagi AS,” kata Mansour mengomentari hasil pemungutan suara majelis itu.
Tepuk tangan meriah pun terdengar di ruang sidang. Kelompok pendukung resolusi bersalaman dan berangkulan untuk saling meneguhkan, sebuah simbol kemenangan mereka melawan keputusan sepihak Trump.
Mayoritas negara mengabaikan tekanan soal pemotongan bantuan keuangan oleh AS jika mendukung resolusi Jerusalem. Wajah Haley terlihat masam dan tegang.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, salah satu sponsor atas rancangan resolusi yang diinisiasi Mesir itu, mengatakan di akun Twitter bahwa ”martabat dan kedaulatan tidak dijual”.
Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, menyambut baik hasil pemungutan suara tersebut. Sama seperti Cavusoglu, Javad Zarif juga berkomentar di Twitter, penolakan oleh mayoritas anggota Majelis Umum PBB itu merupakan ”intimidasi global TIDAK untuk rezim Trump yang melenceng”.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam hasil pungutan suara itu sebagai ”tidak masuk akal” dan mengucapkan terima kasih kepada Trump karena pengakuannya atas Jerusalem.
Israel benar-benar menolak resolusi PBB yang tidak masuk akal ini. Jerusalem adalah ibu kota kami sejak dulu dan akan selalu demikian.
”Israel benar-benar menolak resolusi PBB yang tidak masuk akal ini. Jerusalem adalah ibu kota kami sejak dulu dan akan selalu demikian,” ujar Netanyahu dalam video yang diunggah juru bicaranya.
Sekalipun mengecam, Netanyahu juga melihat tetap ada hal positif dari sesi pemungutan suara atas rancangan resolusi yang diinisiasi Mesir itu. Apa yang dia pandang sebagai hal positif berkaitan dengan jumlah negara yang memutuskan menolak resolusi tersebut.
”Saya tetap mengapresiasi kenyataan bahwa negara yang menolak berpartisipasi dalam panggung sandiwara yang tak jelas ini semakin bertambah,” lanjutnya.
Resolusi tersebut menegaskan kembali apa yang telah dilakukan PBB di kota suci Jerusalem yang terpecah sejak 1967, bahwa status akhir Jerusalem harus diputuskan bersama dalam sebuah perundingan langsung yang berlangsung damai antara Israel dan Palestina.
Pemerintah Trump memperjelas bahwa pemungutan suara di Majelis Umum tidak akan berpengaruh pada rencananya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem.
AS dan Israel telah melancarkan lobi yang intensif setelah Trump mengumumkan pengakuan resmi atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel, 6 Desember lalu.
Termasuk sebuah langkah yang dilakukan oleh Haley, yakni mengirim surat ke lebih dari 180 negara untuk mengekspresikan sebuah ”tekanan” jika mereka memilih untuk menentang keputusan Trump.
Ancaman itu berupa pemotongan dan bahkan penghentian bantuan keuangan. ”Biarkan mereka memilih melawan kita, kita akan menghemat banyak, kita tidak peduli.”
Negara-negara penerima bantuan terbesar AS termasuk di antaranya Afghanistan, Mesir, Jordania, Pakistan, Nigeria, Etiopia, Tanzania, dan Afrika Selatan yang kini mendukung resolusi tersebut.
Negara-negara penerima bantuan terbesar AS termasuk di antaranya Afghanistan, Mesir, Jordania, Pakistan, Nigeria, Etiopia, Tanzania, dan Afrika Selatan yang kini mendukung resolusi tersebut.
Mesir menerima sekitar 1,4 miliar dollar bantuan AS tahun ini, sementara Jordania sekitar 1,3 miliar dollar AS.
Sembilan negara yang memilih ”tidak” adalah AS, Israel, Guatemala, Honduras, Mikronesia, Nauru, Palau, Kepulauan Marshall, dan Togo.
Negara-negara kecil itu memang termasuk yang juga telah dikirimi surat berisi intimidasi dan tekanan dari Haley, dan mereka juga adalah penerima bantuan keuangan terbesar.
Adapun negara-negara yang abstain antara lain Australia, Argentina, Kanada, Kolombia, Kroasia, Ceko, dan Meksiko.
Negara-negara yang absen termasuk Kenya, yang merupakan penerima bantuan AS terbesar kelima tahun lalu, serta Georgia dan Ukraina, yang semuanya memiliki hubungan dekat dengan AS.
Sembilan negara yang memilih ’tidak’ adalah AS, Israel, Guatemala, Honduras, Mikronesia, Nauru, Palau, Kepulauan Marshall, dan Togo.
Setelah pemungutan suara, Haley mengetwit sebuah foto yang memuji 65 negara yang memilih tidak, abstain, atau tidak hadir.
”Kami menghargai negara-negara ini karena tidak jatuh ke cara-cara yang tidak bertanggung jawab di PBB,” ujarnya.
Dia kemudian mengirim undangan kepada 65 duta besar negara-negara itu guna menghadiri sebuah resepsi pada 3 Januari 2018 untuk berterima kasih atas persahabatan mereka dengan AS.
Negara-negara yang abstain antara lain Australia, Argentina, Kanada, Kolombia, Kroasia, Ceko, dan Meksiko.
AS dijadwalkan akan memberikan bantuan luar negeri sebesar 25,8 miliar dollar AS pada 2018. Apakah Trump akan mengeksekusi ancamannya terhadap mereka yang memilih ”ya”, belum ada reaksi langsung darinya. (AFP/AP/REUTERS)